Parenting

Tiga Kesalahan Umum yang Dilakukan Ayah dengan Balita

ordinary parents berating teenager son

Puanpertiwi.com – Anda ingin menjadi seseorang yang hebat untuk buah hati Anda? Namun tentunya tidak mudah. Bahkan super hero sekalipun pernah melakukan kesalahan. Nah, terkadang ayah juga melakukan hal tersebut. Ada tiga kesalahan umum yang dilakukan oleh ayah terhadap buah hatinya, dan bagaimana anda bisa memperbaikinya?

Berbicara Terlalu Serius
Anda tidak ingin terdengar konyol, jadi ketika Anda berbicara dengan anak, suara Anda tetap dewasa. Tapi anak-anak lebih sering merespons suara yang lebih lembut, kata Harvey Karp, M.D., penulis buku The Happiest Toddler on the Block. “Anak-anak muda seusia itu tertarik untuk menyanyikan dengan gaya bahasa yang lucu,” kata Karp. “Orang-orang dewasa terutama ayah, seringkali ragu untuk melakukan itu, padahal itu membuat anak merasa lebih terhibur.”

Namun tidak semua merupakan hal yang buruk. Seorang ayah bisa menjadi dirinya dan menjadi sangat penting dengan keahlian yang ia miliki. Seperti perkataan singkat namun tegas. Namun kesalahan seorang ayah biasanya terjadi sesudahnya, ketika perkataan tegas dan keras diucapkan di depan percakapan.

Melewati kebersamaan saat kid-time
Meskipun Anda lelah setelah seharian bekerja, cobalah untuk tidak check out saat bermain, kata Laura Markham, Ph.D., seorang psikolog klinis dan penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids. Ini adalah kesalahan umum yang dilakukan ayah dengan balita. Padahal saat-saat seperti ini benar-benar dapat meningkatkan ikatan ayah dan anak dan membuat waktu bermain lebih menyenangkan.

Sebagai gantinya, “Katakan pada diri sendiri, ‘Saya hidup untuk saat ini dengan seseorang dan buah hati kecil unik ini yang telah memberkati hidup saya selama ini'” saran Markham. Tentu, kedengarannya agak konyol, tapi pergeseran sederhana bisa mengubah apa yang tampak seperti membosankan menjadi momen spesial. Dan itu akan mempengaruhi bagaimana perilaku anak Anda juga. “Anak Anda merasakan kehadiran Anda dan berhenti menjadi begitu cengeng dan menuntut dan mulai bekerja sama dengan Anda lebih banyak lagi,” kata Markham. Jadi ketika ayah pulang kerja adalah sebuah sesuatu yang paling dinanti si kecil untuk diajak bermain.

Asumsikan Ibu yang Harus Urus Semuanya
Peristiwa kelahiran, menyusui, masa kanak-kanak, itu semua adalah hal yang paling sering dialami oleh dan bersama seorang ibu. Anak-anak pun memiliki bonding yang erat dengan ibunya. Ayah mengira semua harus dilakukan ibu. Membuatkan susu, mengganti popoknya, dan sebagainya hanya dilakukan ibu.

Anda salah. Anak akan mengkopi semua perilaku orangtuanya. Jadi di rumah, ikutlah terjun merawat si kecil. Bahkan bia ia sakit, ayah harus maju meski sekadar memijat badannya, mengajaknya ngobrol, mengganti celana dan sebagainya. Anak akan merasa dekat dan melihat role model dalam diri Anda, meneladani dan jika anak laki-laki akan menjadi ‘pelindung’ yang bertanggung jawab.

Tidak Mengutamakan Ibu
Beberapa ayah memperlakukan ibu sebagai saingannya dalam hal mendapat hati si kecil. Hal itu bisa berdampak buruk, anak akan bingung memilih siapa? Ibu atau Ayah?

Ayah selayaknya juga menguatamakan ibu. Bahkan jika ayah menggunakan atau mengutamakan ibu, anak akan memahami bahkan akan menyayangi dan lebih menghargai ayahnya. Misalnya, mengajak anak bermain sambil mengatakan, “ayo kita main berdua, biar Bunda beristirahat.” “Jangan ganggu Bunda ya, kalau butuh sesuatu bisa sama ayah.” Atau melihat si kecil ngambek dan mengamuk sama Bunda, ayah bisa katakan, “Tidak boleh begitu sama Bunda. Kalau Bunda bilang tidak boleh, Ayah juga sama, tidak boleh. Ayo cari lainnya.” Waktu-waktu anak bersama bundanya lebih banyak dibanding bersama ayah. Jadi gunakan kesempatan sebaik mungkin bersama anak dengan tetap menanamkan bahwa ibunya nomor 1. Itu akan membekas selamanya di benak anak, dan membuatnya menghargai dan lebih menyayangi Anda. (*)

Reporter: Yogi

Leave a Response