Health

Perempuan Harus Lebih Waspada Daripada Laki-Laki Terhadap Hipertensi, Ternyata Ini Pemicunya

puanpertiwi.com – hipertensi dalam istilah medis adalah penyakit tekanan darah tinggi.

Namun, anggota Pokja Panduan Konsensus InaSH, Siska Suridanda Dany, Sp.JP, FIHA menilai unik kasus penyakit pada perempuan, mengapa?

Seperti diketahui dalam ilmu medis, pengertian hipertensi merupakan kondisi tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG).

Angka 140 mmHg tersebut merujuk pada bacaan-bacaan sistolik, ketika jantung menyatukan seluruh tubuh atau saat berkontraksi.

Sementara itu, angka 90 mmHg mengacu pada bacaan diastolik, rileks ketika beristirahat atau dalam keadaan ketika mengisi bilik-biliknya dengan darah.

Tekanan darah tinggi ini dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.

Tetapi, anggota Pokja Panduan Konsensus InaSH, Siska Suridanda Dany, Sp.JP, FIHA mengungkapkan adanya keunikan yang harus diwaspadai dalam hipertensi pada perempuan, yakni karena adanya hubungan dengan berbagai perubahan hormonal yang menyertai perempuan sepanjang hidupnya.

“Siklus hidup perempuan dimulai dengan masa kanak-kanak kemudian diikuti fase remaja, dewasa muda, menopause, serta usia tua. Dalam setiap fase, terdapat perubahan spesifik gender yang dapat menempatkan perempuan pada risiko hipertensi serta komplikasi yang menyertainya,” kata Siska dalam konferensi pers bertema virtual “Apakah tatalaksana hipertensi di masa Covid-19 ada perbedaan?”, Jumat 17 Februari 2022.

Terkait dengan masalah ini, Siska lebih lanjut mengatakan, hipertensi pada ibu hamil, urutan kedua sebagai kontributor penyebab kematian ibu hamil di negara berkembang.

“Hipertensi ditemukan pada sekitar 10% kehamilan dan urutan kedua sebagai kontributor penyebab kematian ibu hamil di negara berkembang. Tatalaksana hipertensi dan komplikasinya pada kehamilan harus mempertimbangkan perubahan hormonal yang terjadi serta kondisi kehamilan yang menyebabkan keterbatasan terapi anti hipertensi yang dapat diberikan,” jelasnya.

Tak hanya itu, Siska juga memaparkan ternyata penggunaan obat kontrasepsi hormonal juga merupakan salah satu aspek spesifik gender terjadinya peningkatan tekanan darah.

“Hipertensi terkait pil kontrasepsi didapatkan pada 2-5% perempuan dengan tekanan darah sekitar yang awalnya normal, sedangkan pada perempuan hipertensi, peningkatan tekanan darah pada 9-16% pada pengguna pil kontrasepsi,” tulisnya.

Menurutnya, risiko terjadinya hipertensi berhubungan dengan dosis dan jenis penggunaan yang digunakan, kebiasaan merokok, usia, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga, serta obesitas.

“Apabila tekanan darah tetap tinggi walaupun telah dilakukan penyesuaian jenis pil kontrasepsi maka pil harus dihentikan,” jelasnya.

Lebih lanjut Siska menjelaskan, saat memasuki fase menopause, hormon estrogen yang berperan penting dalam relaksasi pembuluh darah dan pengaturan tekanan darah, kadarnya akan berkurang.

Hal ini menyebabkan gangguan relaksasi dan peningkatan kekakuan pembuluh darah, peningkatan sensitivitas terhadap garam, penambahan berat badan, perubahan metabolisme lemak dan terjadinya pembuluh darah,”

Dalam kesempatan ini, Santi menegaskan bahwa fase ini merupakan masa kehidupan yang kritis untuk terjadinya hipertensi serta penyakit jantung dan pembuluh darah pada perempuan.*

Wartawan : Dwi Kartika Sari

Tags : featured

Leave a Response