Women in Action

Tria “Putri Sulamit”, Tergugah Mengajar Anak-anak Pasar di Manado

Puanpertiwi.com- Namanya Tria Divinity Malengsang. Perempuan 21 tahun itu sejak empat bulan lalu masuk-keluar Pasar Karombasan. Hasilnya adalah sekitar 30 an anak bisa belajar dan bicara bahasa Inggris.

Siang terik ketika menyambangi kios Tria di salah satu pasar besar di Manado itu. Kios kecil selebar 2 meter dengan lorong jalan selebar satu meter. Di sanalah 30 an anak berdesakan dengan Tria mengajar bahasa Inggris, mengajak menyanyi, memberi suasana berbeda pasar besar yang dibangun sejak tahun 1970-an itu.

Sering melewati pasar tersebut setiap berangkat dan pulang kuliah di Universitas Sam Ratulangi, melihat anak-anak main tak terarah sepulang sekolah menunggu orang tuanya berdagang, ada yang mengais sampah mencari barang bekas, ada pula anak yang ngelem karena tak punya kegiatan, menggugah putri asli Talaud itu untuk ‘menyapa’ mereka.

Sejatinya kata Tria lebih lanjut, mimpi dan keinginan untuk membantu anak-anak pasar ini sudah cukup lama terpendam. Baru ia wujudkan berkat Putri Sulamit, sebuah program dengan visi misi mewujudkan mimpi perempuan Indonesia untuk berguna dan menjadi inspirasi seluruh perempuan Indonesia.

Tria adalah salah satu yang ditemukan oleh Putri Sulamit. Kemudian bersama 7 Putri Sulamit lainnya dari kota-kota besar di Indonesia, mereka dibina dan diberi bimbingan untuk mengembangkan potensi diri dengan pelatihan project manajemen dan kepribadian agar lebih percaya diri mewujudkan mimpinya. “Kami mentor dan dukung para putri ini ini mewujudkan gagasan dan mimpinya, bukan dengan materi. Dan Tria bisa, “Kata Yohana Limaro, founder Putri Sulamit bersama rekannya Lisa Sanusi. “Sebelumnya kami sudah mengadakan project Deaf Talk dengan Gektri, Putri Sulamit Bali yang berkontribusi di komunitas tuli di Bali, agar mereka bisa berkarya dengan keterbatasannya.”

Setelah mengikuti program Tria mengaku lebih termotivasi mewujudkan mimpinya. Ia kembali bersemangat, langsung menetapkan langkah akan berkontribusi untuk anak-anak pasar. “Saya tergugah melihat mereka. Daripada berkeliaran tidak ada kegiatan, akan lebih baik kalau saya isi dengan belajar.”

Berhari-hari ia keluar masuk pasar untuk survei sekitar pasar sekaligus mengajak anak belajar bahasa Inggris. “Ternyata mereka antusias kok, meski baru satu-dua yang mau ikut. Lama-lama, melihat temennya, juga mengajak, akhirnya cukup banyak.”

Setelah mereka mau Tria kebingungan di mana tempatnya. Sambil memikirkan tempat, Tria mengajar di ruang terbuka, kadang di depan kios yang sudah tutup. Setiap Selasa dan Kamis pukul dua siang, ia datang membawa buku, membacakan dan mengajar.

Beruntung Tria dikenalkan pada Pendeta Inyo Oroh, yang sering melakukan pelayanan di lingkungan pasar. Pendeta Inyo ikut melobi pihak-pihak berkepentingan di pasar hingga Tria mendapat kios seluas 2 x 3 meter di lantai dua. “Hampir sebulan aku menunggu kepastian tempat ini. Sambil menunggu, belajar jalan terus, di luar ruangan dulu,” ujar Juara Harapan 1 ajang Noni Sulawesi Utara 2015 dan finalis Miss Celebrity 2016 ini.
Tria menamakan program belajarnya sebagai Pasar Pustaka. Ia juga telah berhasil mengumpulkan buku-buku bekas dari para donatur. Saat ini sudah terkumpul 600 buku. “Saya mencari bantuan buku bekas dengan kirim surat ke instansi-instansi di Manado, membuka drop box termasuk di kampus saya, juga lewat media sosial.”

Pasar Pustakanya sudah berlangsung 4 bulan ini, sekitar 30 an anak sudah rajin datang dan pandai menyanyi dalam bahasa Inggris. Twinkle twinke in the star mengudara di sekitar pasar, memberi semangat dan harapan bagi para orang tua, pedagang, pembeli yang mendengarnya.

Liputan Rdh

Leave a Response