Mengabdi dalam Senyap: Kisah Perjalanan Hidup Mbak Tutut dari Bisnis ke Sosial, dari Keluarga ke Bangsa

puanpertiwi.com – Buku Selangkah di Belakang Mbak Tutut resmi diluncurkan pada 15 Agustus 2025 di Jakarta Selatan.

Bukan sekadar biografi, buku Selangkah di Belakang Mbak Tutut hadir sebagai sebuah perjalanan reflektif yang ditulis dengan penuh kesabaran selama tujuh tahun.

Lebih dari dokumentasi, buku ini adalah potret dedikasi yang merekam jejak langkah, nilai hidup, dan karya besar Siti Hardiyanti Rukmana atau yang kita kenal dengan sapaan hangat, Mbak Tutut.

“Buku ini bukan sekadar catatan biografi, tetapi jembatan yang menghubungkan sejarah, peristiwa, dan kondisi bangsa saat ini. Saya ingin menunjukkan kepada publik bahwa ada sosok perempuan Indonesia yang memiliki dedikasi, nilai-nilai luhur, dan peran penting di masanya,” ujar Donna Sita Indria, penulis buku Selangkah di Belakang Mbak Tutut.

Sebagai putri sulung Presiden Soeharto, Mbak Tutut telah dikenal publik sejak era 1980-an.

Namun, buku ini menyingkap sisi lain yang jarang terlihat, baik dari kacamata keluarga, dunia bisnis, hingga kiprahnya di bidang sosial, pembangunan, hingga kepemimpinan dalam organisasi internasional.

Disusun melalui kontribusi pemikiran dari para tokoh nasional, rekan kerja, sahabat, dan keluarga, buku ini merupakan sebutir pasir pengabdian yang merekam keteladanan seorang wanita dalam lanskap sejarah Indonesia.

la bukan hanya merepresentasikan suara masa lalu, tetapi juga menjadi rujukan moral dan inspirasi bagi generasi muda.

“Buku ini dapat menjadi teman dalam melihat berbagai dinamika kemajuan dan persoalan saat ini,” ungkap Effendi Gazali.

Danty Rukmana, putri Mbak Tutut juga mengungkapkan, buku ini memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar dokumentasi perjalanan ibunya.

“Bagi saya, buku ini bukan hanya catatan perjalanan pribadi, melainkan cermin nilai dan pengalaman hidup yang bisa diwariskan lintas generasi,” ungkapnya.

Menyajikan potret multidimensi Mbak Tutut, sebagai sosok perempuan tangguh di dunia bisnis, inisiator berbagai program sosial, pelestari seni dan budaya bangsa, sekaligus pewaris nilai-nilai luhur keluarga Cendana yang tetap bersahaja dan tangguh.

Di dalamnya, tersaji kisah di balik layar berbagai kiprah strategis Mbak Tutut.

Mulai dari keberhasilannya memimpin pembangunan jalan layang tol pertama di Indonesia dengan teknologi Sosrobahu, hingga prestasi internasional seperti memenangkan tender pembangunan Metro Manila Skyway di Filipina atas permintaan Presiden Fidel Ramos, serta proyek jalan tol Ayer Hitam Yong Peng Timur di Malaysia.

Yang menarik, semua pencapaian itu tidak ia raih dengan sekadar mengandalkan nama besar ayahnya, melainkan melalui perjuangan sendiri, termasuk mendapatkan pendanaan internasional.

Anthony Budiawan mengungkapkan apresiasinya terhadap sosok Mbak Tutut.

“Keteguhan beliau dalam menjaga etika keluarga sekaligus melayani masyarakat adalah teladan di tengah persoalan zaman ini,” ungkap Anthony Budiawan.

Selain di bidang infrastruktur, Mbak Tutut juga dikenal sebagai aktivis sosial yang turun langsung ke lokasi bencana, serta pemimpin Persatuan Donor Darah Indonesia dan Palang Merah Indonesia.

Kepemimpinannya juga diakui secara global melalui perannya sebagai Presiden FIODS selama tiga periode.

Mbak Tutut juga aktif dalam organisasi Kirab Remaja sebagai wujud cinta tanah air.

Organisasi ini menjadi sebuah embrio rakyat bertaraf internasional untuk menggali potensi, menampilkan eksistensi, dan mencetak generasi muda terlatih yang menjunjung tinggi serta mengenalkan nilai-nilai Pancasila, terutama mengenai kedisiplinan, nilai kemanusiaan dan persatuan Indonesia.

“Buku ini bukan sekadar dokumentasi, tetapi sebuah ajakan untuk kembali pada nilai: ketulusan dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, dan keberanian untuk mengabdi. Dari keluarga ke bangsa, dari bisnis ke sosial, itulah warisan yang Mbak Tutut sampaikan,” ujar Tria S.P. Ismail Saleh sebagai penanggung jawab buku.

Dengan hadirnya Selangkah di Belakang Mbak Tutut, diharapkan dapat menjadi jembatan nilai antara generasi yang membangun dan generasi yang berkelanjutan melalui perjalanan Mbak Tutut menyusuri lorong pengabdian senyap yang penuh dengan dedikasi.

Dalam keterbatasan ruang publik yang sering kali diwarnai distorsi, Selangkah di Belakang Mbak Tutut hadir sebagai narasi alternatif, penuh kejujuran, reflektif, dan memberi ruang untuk pembelajaran lintas waktu.***

Post Comment