Culture

Produk Brand H&M Banyak Yang Tak Laku. Kenapa?

puanpertiwi.com- Di dunia fashion retail, ketika tren busana berlalu begitu cepat, tumpukan baju yang tak laku terjual bisa jadi pertanda buruk. Masalahnya, bagaimana bila tumpukan baju yang tak terjual ini mencapai US$ 4,3 miliar atau Rp 60 triliun?

Dilansir laman Detikcom dari NYTimes, hal ini sedang dialami oleh retailer fashion raksasa, H&M. Perusahaan dari Swedia ini sedang berjuang dengan gudang yang dipenuhi tumpukan baju hingga aksesori yang tak terjual habis.

Data ini didapat dari laporan kuartal terbaru H&M yang rilis Selasa lalu. Semakin banyak tumpukan baju yang tak laku terjual sejak tahun lalu. Disebutkan, tumpukan stok busana yang tidak terjual itu naik 7 persen dibanding tahun sebelumnya, dan sekarang bernilai hampir 35 miliar kronor Swedia.

H&M melaporkan penurunan penjualan ini sangat tak terduga. Penurunan itu menjadi yang pertama dalam dua dekade, periode saat H&M berkembang dari hanya toko pakaian wanita di Stockholm menjadi jaringan raksasa dengan 4.700 toko di seluruh dunia.

Inventory pun menjadi masalah baru bagi retailer fashion high-street ini. H&M harus menutup beberapa gerainya di South Africa dan menghadapi kritikan di media sosial atas isu rasisme.

Dalam sebuah foto kampanye di bulan Januari, terlihat seorang anak berkulit hitam memakai sweatshirt dengan tulisan, ‘Coolest monkey in the jungle’. Ini langsung membuat orang yang membacanya ikut panas.

Soal penjualan yang turun, H&M meyakinkan bila mereka memiliki rencana untuk mengembalikan popularitasnya lagi. H&M mengatakan akan memangkas harga untuk mengurangi persediaan dan memperlambat ekspansi toko. Dikatakan pihaknya, perusahaan berharap penjualan online akan berkembang 25 persen di tahun ini.

Di lain sisi, brand high-end seperti Gucci atau Balenciaga justru sedang tinggi-tingginya penjualan di tahun ini. Koleksi berbau anak muda laris manis jadi incaran Millennials yang kini mementingkan brand dari fungsi.

Ini menjadi PR baru bagi para retailer fast-fashion untuk bersaing tidak hanya dengan sesama label high-street tapi juga high-end.

Reporter: Zacky

Leave a Response