Culture

Muhaimin Iskandar Ingin Dirikan Pusat Studi Multikulturalisme di UNAIR

Surabaya, Puanpertiwi.com – Meskipun penganugerahan gelar doktor Honoris Causa (HC) bagi Muhaimin Iskandar ditentang ssejumlah kalangan tampainya Univesrsitas Airlangga (Unair) tak bergeming. Rencananya mantan menteri Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI tahun 2009-2014 diberi gelar kehormatan hari dini (3/10).

Pada wartawan Muhaimin Iskandar menyampaikan keinginannya mendirikan pusat studi multikulturalisme di Universitas Airlangga. Hal itu disampaikan dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Ruang Rektor, Kantor Manajemen UNAIR, Senin (2/10).

“Ada keinginan dari saya, jika UNAIR sebagai pusat IPTEK tidak jadi menara gading. Tapi berperan langsung di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Salah satu yang belum ada di tanah air kita adalah pusat studi multikultural atau pusat studi kebinekaan,” ujar Cak Imin—sapaan akrabnya pada awak media.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan, pusat studi multikulturalisme ini akan menjadi satu-satunya yang ada di Indonesia. Harapannya, pusat studi tersebut dapat menutup berbagai ancaman kebinekaan yang selama ini kerap jadi polemik di Indonesia.

“Senergi fraksi maupun organ kemasyarakatan bisa dilibatkan untuk solusi potensi terutama bidang kajian ini. Saya siap mengerahkan potensi-potensi dari berbagai kalangan yang sebagian dari pusat studi kebinekaan,” terangnya.

Pernyataan Cak Imin itu disambut baik oleh Rektor UNAIR Prof Moh Nasih dengan akan dibukanya pusat studi dibuka di UNAIR.

“Ini sedang kita siapkan. Karena kalau di UNAIR tidak mudah bikin itu (pusat studi, -red). Tempatnya masih kita pilih mana yang cocok dan sesaui. Nanti kalau sudah siap insya allah Cak Imin akan datang lagi,” ujar Rektor UNAIR.

Dikatakan, dibukanya pusat studi multikulturalisme di UNAIR, dapat mengilmiahkan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusian) yang selama ini banyak diajarkan di kalangan pondok pesantren.

“Banyak pemikiran Cak Imin dan kalangan NU. Kalau munculnya dari sana (kalangan NU, -red) dianggap selalu kurang ilmiah. Kalau munculnya dari kalangan kampus tentu rasanya akan beda. Magnetnya juga beda. Kita ingin mendorong dan terus mengembangkan hal-hal yang seperti itu,” terang Nasih. (ita)

Leave a Response