Fashion

Milky Way Langit Maroko Dalam Rancangan Hian Tjen

Jakarta, Puanpertiwi.com – Hian Tjen dikenal sebagai perancang gaun-gaun mewah. Namanya di industri mode mulai menjadi perbincangan saat merancang gaun pengantin Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie.

Hian Tjen lama bergelut dengan busana ready to wear dan pernah mengadakan peragaan tunggal 2015. Kini desainer ini menunjukkan lagi karya kreatifnya melalui pagelaran tunggal Hian Tjen Couture 2017-2018 bertajuk Magellani.

Dalam pagelaran adi busana kali ini, Hian Tjen lebih banyak menampilkan desain yang simple namun tetap memerhatikan detail rumit, ringan dan kekinian. Diakuinya ia terinspirasi dari susunan bintang dan kisah romantis rakyat Estonia tentang bintang-bintang.

“Aku banyak terinspirasi saat travelling, karena memang hobiku jalan-jalan. Nah saat aku ke Maroko, tepat jam 5 pagi aku melihat hamparan milky way yang indah sekali. Dan aku ingin mengaplikasikan inspirasiku itu ke dalam busana,” kata Hian Tjen saat ditemui di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu (6/9).

Ia mengungkapkan untul koleksinya ini ia menampilkan 59 looks. Meski simpel keseluruhan busananya memiliki kesulitan yang tinggi dan sarat unsur dekoratif . ini terlihat pada jaket berlengan lonceng yang dipadu rok lebar klok dari bahan flannel. Ada pula terusan span berbahan tipis era mode 40-an. Sementara pada detailnya, Hian Tjen memilih bintang-bintang atau detail bulu yang dijahit satu persatu.

Lain lagi dengan gaun-gaun malam panjang dan rok tumpuk di atas bahan tulle untuk memberi kesan tokoh Dewi. Selain itu, karyanya juga kaya akan sulam tangan, border pada rancangan blus, rok, dan gaun-gaun yang saling berpadupadan dalam garis simple.
Setelah berjibaku kurang lebih enam bulan itu, Hian Tjen juga berkolaborasi dengan Rinaldy Yunardi Accessories. Menariknya ia juga berkolaborasi dengan illustrator kenamaan Ian Permana.

Untuk keseluruhan warna dalam koleksinya kali ini ia lebih memilih warna-seperti, dusty pink, slate blue, dan midnight blue serta menyisipkan warna keemasan dan perak.

“Kendalanya mungkin waktu ya, karena pengerjaan yang lumayan rumit butuh waktu yang cukup lama. Selain itu mungkin masalah teknologi print yang belum ada di Indonesia. Karena saya kolaborasi juga dengan illustrator akhirnya aku kirim ke Italia, tapi pas masuk lagi ke Indonesia ada kendala lagi,” ungkap Hian.

Reporter: Eva/ ft

Foto : Tim Muara Bagdja

Leave a Response