Culture

Menyedihkan! Perempuan-perempuan Muda Rohingya Menjual Diri Senilai 27 Ribu Rupiah

Bangladesh, Puanpertiwi.com – Situasi yang memprihatinkan mulai menyebar di antara kamp-kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh.

Banyak anak-anak tanpa bersekolah, tanpa makanan cukup, terdampar di kamp-kamp pengungsi Bangladesh yang penuh sesak

Karena keterpaksaan itu, banyak gadis-gadis muda yang melacurkan diri secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Mereka mau menerima duit 2 dolar atau setara 27 ribu rupiah.

Seorang pengamat telah menyelinap ke dalam sebuah pondok lumpur yang bersih, tempat 4 perempuan muda tinggal. Akhirnya mereka mengaku kalau melakukan pekerjaan ini karena terpaksa.
“Jika ada yang tahu apa yang kami lakukan, mereka akan membunuh kami,” gumam Romida, 26 tahun.

Lebih dari 600.000 etnis Rohingya, minoritas Muslim di Myanmar, telah melarikan diri melintasi perbatasan ke selatan Bangladesh dalam krisis pengungsi dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Di Kutupalong, kamp terbesar, industri seks berkembang pesat. Banyak pekerja seks adalah pengungsi yang telah lama tinggal sejak 1992.
Kebanyakan mereka perempuan dan anak perempuan diperkirakan akan memicu kecepatan perdagangan manusia tersebut.

“Sedikitnya 500 pelacur Rohingya tinggal di Kutupalong,” kata Noor, yang bekerja di sana. Sejak 19 “Perekrut sekarang memilih para pendatang baru.”
Badan-badan PBB mengatakan bahwa mereka tidak memiliki angka mengenai jumlah pekerja seks di kamp-kamp untuk dipublikasikan.

“Sulit untuk menemukan angka dan kami tidak mengumpulkan data tentang jumlah pekerja seks di kamp,” kata Saba Zariv, seorang pakar kekerasan berbasis gender di badan PBB UNFPA.
Sebuah laporan Unicef mengatakan bahwa di kamp-kamp, anak-anak dan remaja yang telantar, tidak diawasi dapat menjadi korban perdagangan manusia dan orang-orang yang ingin mengeksploitasi dan memanipulasinya.
Dari komunitas Muslim konservatif yang ketat, Rohingya sering menutup mata terhadap prostitusi.

“Orang tua berpura-pura tidak tahu,” kata Noor. “Gadis-gadis itu bertemu dengan klien mereka di luar kamp-kamp di Banglades. Mereka tidak tidur dengan Rohingya lainnya. Komunitas kita sangat ketat dan rumor bisa menyebar dengan mudah, jadi setiap gadis ingin tampil suci.”
Banyak pelacur, sepertt dilansir dari SCMP, adalah anak-anak yang makan tidak lebih dari satu kali sehari dan tidak bersekolah.
Rohingya, nasib mereka maih saja menjadi tanda tanya.

Reporter : Bintang Samudra

Leave a Response