Story

Asal Usul Si Emen. Penunggu Tanjakan Yang Kerap Memakan Korban

puanpertiwi.com- Kecelakaan yang sering terjadi di satu tempat atau jalan seringkali dihubungkan dengan hal mistis. Salah satunya adalah jalan yang terkenal dengan kecelakaan yang kerap dikaitkan dengan hal mistis adalah tanjakan Emen di kampung Cicenang, Ciater, Subang. Bahkan belum lama ini terjadi kecelakaan maut yang menewaskan 26 orang. Lagi-lagi kecelakaan ini dikaitkan dengan sang penunggu tanjakan yang dipercaya sebagai hantu bernama Emen.

Seperti dikutip laman resmi kota Subang, ada beberapa versi mengenai ihwal mitos Tanjakan Emen ini. Menurut Sahidin Darajat, warga yang tinggal di sekitar tanjakan ini, dahulu sekitar tahun 1969 terjadi sebuah kecelakaan yang menyebabkan seorang kernet bus bernama Emen mati. Saat itu ia mengaku menyaksikan kejadian tersebut.

“Waktu itu ada bus busana, yang mogok di tanjakan, Emen berusaha mengganjal bannya. Tapi rem nya jebol, jadi pak Emen terseret sama bus ke dunia, “kata Sahidin.
Sejak kejadian itu menurut Sahidin sering terjadi penampakan dan kecelakaan di sana, jadi kemudian tanjakan yang dikenal dengan sebutan tanjakan Emen.

Versi kedua mengatakan, Emen adalah seorang korban tabrak lari di daerah itu. Kemudian mayat Emen ras ditolong, tapi malah disembunyikan dalam rimbunan pepohonan disekitar tanjakan tersebut. Sejak saat arwah Emen dipercaya.

Emen adalah seorang sopir oplet Subang – Bandung. Nahas bagi Emen saat itu tahun 1964 oplet yang dikendarainya kecelakaan dan bakar. Banyak orang mengatakan Emen tewas di tempat kejadian, dan sejak saat itu semakin sering terjadi kecelakaan di sana.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan banyak pengendara yang percaya dengan melempar koin, rokok atau klakson maka mereka akan terhindar dari bahaya saat lewat tanjakan Emen.

Berdasarkan hasil penelusuran sampai ke keagenan Emen dapat diketahui ternyata versi yang terakhir yang mendekat. Wahyu, putra dari Emen membenarkan peristiwa itu, namun ia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana diakibatkan oleh arwah Emen yang gentayangan.

“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak ada di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” kata Wahyu yang juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.

“Waktu itu saya kira kira-kira 8 tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang – Bandung, saat itu kemungkinan remnya blong, lalu opletnya nabrak tebing, malah kebanjiran. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu, “lanjutnya.

Setelah wafat di Rumah Sakit kemudian jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.

Di luar mitos yang sedang, sebenarnya kecelakaan – kecelakaan yang terjadi di tanjakan Emen bisa dijelaskan dengan nalar. Kecelakaan yang terjadi di sana sering kali diakibatkan rem kendaraan yang blong dan kurang piawainya sopir lewat tanjakan atau turunan tersebut, terutama bagi mereka yang baru pertama kali melewatinya.

Kondisi tanjakan emen sepanjang 2-3 km ini sangat ekstrim, memiliki kemiringan 40-50 derajat dan memiliki tikungan – tikungan tajam, hal ini tentunya akan menyulitkan bagi yang kurang piawai temen kemudi.

Oleh karena itu sebenarnya yang harus diperhatikan saat melewati tanjakan / turunan Emenayang kewaspadaan dan pelaksanaan kendaraan dalam kondisi laik diingatkan remnya.
Reporter: Zacky

Leave a Response