puanpertiwi.com – Kabar menggembirakan datang dari Bucheon, Korea Selatan! Tiga proyek film genre Indonesia mendapatkan penghargaan dalam NAFF Project Market dan Goedam Campus Pitching yang menjadi rangkaian Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024.
Dua proyek film genre Indonesia, ‘Dancing Gale’ dan ‘Virgin Bash’ mendapatkan penghargaan di NAFF Project Market. Sementara proyek film ‘The Heirlooms’ mendapat Bucheon Awards di Goedam Campus Pitching.
Pengumuman pemenang berlangsung pada Selasa, 9 Juli 2024 di Convention Hall, Webtoon Convergence Center Bucheon, Korea Selatan.
Sebelum penghargaan diumumkan dewan jury menyampaikan bahwa jury yang terdiri dari Yulia Evina Bhara (Autobiography, Tiger Tripes, 24 Jam Bersama Gaspar), Mike Macari dan Yohwan Kim, sepakat untuk memberikan penghargaan kepada proyek-proyek yang memiliki kombinasi aspek.
Diantaranya, memperesentasikan proyek dengan jelas dan hadir pitching dengan persiapan yang baik, Kreativitas cerita dan seberapa siap untuk segera masuk pada proses produksi.
‘Dancing Gale’ mendapatkan DHL Award dan berhak menerima hadiah sebesar 5 Juta Won (sekitar Rp58,8 juta).
Proyek film ‘Dancing Gale’ disutradarai Sammaria Simanjuntak dan diproduseri Lies Nanci Supangkat dari rumah produksi Pomp Films juga menerima penghargaan skenario terbaik 1 dari lab Indonesiana Film pada tahun 2023.
Film ini mengangkat tema budaya Batak melalui kisah boneka Sigale-gale, boneka pelipur lara dari Tanah Toba. Film akan mengambil latar di Danau Toba.
“Tim kami sangat bangga dapat membawa nama Indonesia, juga masyarakat Batak dan Danau Toba ke panggung internasional melalui proyek film ‘Dancing Gale’ yang meraih penghargaan DHL Award di NAFF Project Market BIFAN,” kata sutradara ‘Dancing Gale’ Sammaria Simanjuntak, dalam keterangan pers, Kamis, 11 Juli 2024.
Sammaria menambahkan, penghargaan ini tidak lepas dari dukungan luar biasa Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM) Kemendikbudristek dan seluruh delegasi Indonesia.
“Semoga film ini segera mendapatkan pendanaan penuh, diproduksi, dan menambah kekayaan film horor Indonesia di dunia internasional, dan menjadi kebanggaan kita semua,” ujarnya.
Sementara proyek film ‘Virgin Bash’ mendapatkan Mocha Chai Laboratories Post Production Award dan berhak menerima hadiah fasilitasi pasca-produksi setara dengan nilai $35 ribu (sekitar Rp569 juta).
Film ‘Virgin Bash’ disutradarai Randolph Zaini, diproduseri Susanti Dewi dari rumah produksi IDN Pictures.
Berkisah tentang pesta dara sebelum pernikahan yang menyenangkan, berubah menjadi tragedi berkepanjangan.
Kedua film, ‘Dancing Gale’ dan ‘Virgin Bash’ terseleksi ke NAFF Project Market BIFAN dan masuk dalam Project Spotlight bersama tiga proyek film lain dari Indonesia, ‘Mad of Madness’ (Forka Films), ‘Into the Woods’ (Talamedia), dan ‘The Hidden Flowers’ (Relate Films).
Kelimanya berkesempatan melakukan presentasi di hadapan juri dan bersaing dengan proyek-proyek film dari negara Asia lain untuk mendapatkan penghargaan dan menerima hadiah.
Produser ‘Virgin Bash’ Susanti Dewi mengatakan, perjalanan ‘Virgin Bash’ hingga mencapai titik ini penuh dengan tantangan dan kerja keras. Mulai dari pengembangan konsep, penulisan naskah hingga proses pitching yang intens, semuanya memerlukan dedikasi dan kolaborasi yang luar biasa dari seluruh tim.
“Ke depan, kami berharap dapat menemukan calon-calon kolaborator lainnya seperti investor internasional dan ko-produser, untuk dapat menjadikan ‘Virgin Bash’ menjadi karya film yang dinikmati bukan saja oleh penonton Indonesia, namun juga penonton global. Kami sangat antusias untuk melihat perjalanan cerita ini ke depannya,” kata Susanti Dewi.
Produser Susanti Dewi dan tim ‘Virgin Bash’ juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Kemendikbudristek bagi seluruh delegasi Indonesia di BIFAN 2024.
“Dukungan ini sangat berarti bagi kami, karena partisipasi di BIFAN tidak hanya memberikan platform untuk memperkenalkan karya kami kepada dunia internasional, namun juga memperkuat jaringan kolaborasi dengan sesama pembuat film dari berbagai negara,” kata Susanti Dewi.
Ia menambahkan, dukungan dari Kemendikbudristek membuka banyak pintu dan akses ke berbagai sumber daya yang berharga bagi pengembangan proyek film yang dijalankan.
Proyek film ‘The Heirlooms’ dari sutradara Devina Sofiyanti mendapat Bucheon Awards dalam forum Goedam Pitching.
Sebelumnya, Devina dan proyek filmnya terseleksi mengikuti Goedam Residency. Goedam Residency merupakan program afiliasi dari Goedam Planning & Development Camp yang diperkenalkan BIFAN sejak 2023.
Selama residensi berlangsung, Devina Sofiyanti bersama dengan dua sineas lain asal Jepang dan Taiwan dibimbing oleh produser asal Korea Selatan, Jenna Ku, yang sebelumnya sukses melahirkan karya-karya seperti ‘The Running Actress’ (2017), ‘Little Forrest’ (2018), hingga ‘Josee’ (2020).
“Tidak menyangka akan menang di Goedam Pitching, karena proyek-proyek film lain juga bagus-bagus dan peserta lain lebih berpengalaman. Tapi senang dan bangga juga akhirnya bisa mendapat Bucheon Awards. Rencananya setelah ini akan memantapkan naskah lagi dan mencari ko-produser internasional dan nasional agar bisa melangkah ke tahap pra-produksi,” kata Devina Sofiyanti.
“Kemendikbudristek sangat mendukung dari awal proses keberangkatan saya residensi di Bucheon. Selain itu, Goedam Campus Residency yang saya ikuti juga merupakan inisiasi dari Jakarta Film Week (JFW), Kemendikbudristek, dan BIFAN,” tambah Devina.
Penulis: Dwi Kartika Sari