Health

Tidak Perlu Ke Luar Negeri Lagi, Operasi Kanker Prostat bisa dengan Robotik di Indonesia, Kenali Gejalanya Sejak Dini

uan pertiwi.com – Kanker prostat merupakan kanker pada pria yang berkembang di kelenjar prostat (kelenjar yang turut berperan dalam pembentukan cairan ejakulasi) yang umumnya ditandai dengan gangguan buang air kecil.

Beberapa kanker prostat tumbuh dan menyebar dengan cepat, tetapi kebanyakan tumbuh dengan lambat.

Strategi pengobatan terintegrasi, yang menggabungkan terapi lokal dan sistematik, dapat dimanfaatkan dalam penanganan kanker prostat.

Namun, pemilihan strategi pengobatan pada banyak faktor, seperti preferensi pasien dan aspek kualitas hidup.

Dalam hal ini, tersedianya teknologi bedah robotik untuk penanganan gangguan prostat di Indonesia yang didukung oleh SDM yang kompeten, tentu saja merupakan informasi yang menggembirakan.

Masyarakat dihimbau tak harus pergi ke luar negeri, karena teknologi bedah robotik yang selama ini terus berkembang di seluruh dunia, kini juga dapat dilakukan di Indonesia.

Teknologi yang digunakan mulai dari biopsi prostat robotik sampai dengan operasi radikal prostatektomi ini, memiliki banyak keunggulan guna meningkatkan kualitas penanganan prostat di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, RSU Bunda Jakarta Urology Center merupakan pelopor teknologi bedah robotik ini.

Dr. Sigit Sholichin Sp.U, FICRS, dokter Spesialis Urologi RSU Bunda Jakarta dalam Virtual Media Briefing hari ini, Kamis 1 September 2022 mengatakan, dengan meningkatkan angka harapan hidup pria, maka muncul masalah yang berkaitan dengan Aging Male Process.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana kualitas hidup tetap baik dalam usia yang semakin tua.

Gangguan prostat merupakan salah satu gangguan di bidang urologi terbanyak yang terjadi pada pria dalam fase ini.

Sebagian besar berupa prostat bersifat jinak atau Benign Prostate Hyperplasia (BPH) yang tidak mengancam nyawa tapi cukup mengganggu kualitas hidup pasien.

Di pihak lain, meskipun tidak sebanyak prostat jinak, prostat yang berbahaya atau kanker prostat harus lebih diwaspadai.

“Bulan September telah dicanangkan sebagai Bulan Peduli Kanker Prostat di seluruh dunia,” kata dr. Sigit.

Lebih lanjut, dr. Sigit memaparkan, perlunya melakukan deteksi dini, karena itu merupakan kunci keberhasilan penanganan kanker prostat.

Sementara, dalam banyak kasus, kadang pasien dan dokter tidak mengetahui bahwa pasien tersebut mengidap kanker prostat.

Secara umum, semakin dini penanganan dilakukan, maka akan semakin tinggi pula angka keberhasilannya.

Kanker prostat yang terdeteksi sejak dini, memiliki peluang terbaik untuk angka harapan hidup.

“Dari deteksi dini, sebagian kecil ditemukan sebagai kanker prostat, selebihnya adalah gangguan prostat yang bersifat jinak,” jelasnya.

Di sisi lain, dr. Sigit juga mengatakan bahwa RSU Bunda Jakarta melalui Urology Center juga menawarkan satu layanan penanganan Gangguan Prostat dalam satu paket layanan yang terintegrasi.

Mulai dari diagnostik sampai terapi yang mutakhir.

Dimulai dari konsultasi di klinik oleh dokter spesialis yang kompeten dengan fasilitas lengkap.

Layanan diagnostik dengan fasilitas Radiology Diagnostic yang bisa melakukan MRI prostat, hingga tindakan biopsi prostat dengan akurasi tinggi menggunakan alat Robotic Prostate Biopsy.

Dari sisi penanganan atau terapi, untuk gangguan jinak atau BPH, RSU Bunda Jakarta telah menggunakan teknologi Laser untuk operasi.

“Sedangkan untuk Kanker Prostat, menggunakan teknologi Robotik untuk operasi radikal prostat yang saat ini menjadi satu satunya RS di Indonesia sebagai penyedia teknologi Robotic Surgery,” imbuh dr. Sigit Sholichin.

Adapun tujuan RSU Bunda itu sendiri, ingin mengajak semua stakeholder bersama-sama membangun Prostate Network, demi memberi pelayanan terbaik untuk seluruh lapisan masyarakat.

“Kami ingin membangun Professional Network, Business to Business (B2B) Network dan Patient Network. Pemerataan kompetensi saat ini masih jadi isu hangat ketika rasio dokter spesialis dengan jumlah penduduk masih rendah dan penyebaran dokter ahli masih terpusat di kota besar,” paparnya.

Untuk itulah, menurut dr. Sigit Sholichin, Professional Network sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan kesehatan ini.

Di samping itu, RSU Bunda Jakarta juga menawarkan Training Center bagi rumah sakit yang memerlukan.

Di sisi lain, sejauh ini RSU Bunda Jakarta sebagai bagian dari BMHS Bunda Medik Healthcare System (BMHS) telah bekerjasama dengan Institusi Pendidikan terkemuka di Indonesia, sehingga secara kualitas akan lebih terukur.

Hal yang tidak kalah penting adalah Patient Network.

Di era media sosial yang sangat masif, penyebaran informasi yang baik dan berkualitas harus bisa dikontrol.

Lantaran, lebih lanjut dr. Sigit Sholichin menyatakan, perlunya edukasi dalam komunitas-komunitas yang menjadi bagian dari jaringan Prostate Network.

Sebab itu, sangat diharapkan bisa meningkatkan pemahaman pasien yang lebih dalam terhadap masalah seputar gangguanbprostat.

Pada kesempatan yang sama, Prof. dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D., Dokter Spesialis Urologi RSU Bunda Jakarta mengatakan, tentang Pembesaran Prostat Jinak (PPJ).

“PPJ mempengaruhi banyak pria di seluruh dunia: pada tahun 2010, prevalensinya lebih dari 210 juta pria. Hampir 50% pria di atas usia 50 dan hingga 80% pria di atas usia 80 mengalami gejala PPJ,” ucap Prof. dr. Ponco Birowo.

Prevalensi PPJ meningkat karena peningkatan faktor risiko metabolik yang dapat dimodifikasi, seperti obesitas..

Sedangkan, obesitas pada pria umumnya, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko PPJ dan peningkatan keparahan gejala pada pria yang terkena PPJ.

“Strategi untuk mengurangi risiko dan keparahan PPJ meliputi penurunan berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan pengurangan konsumsi kafein dan alkohol,” tutur Prof. dr. Ponco Birowo.

Dalam presentasinya Prof. dr. Ponco Birowo juga menjelaskan, bahwa banyak metode pengobatan yang dapat dilakukan pada PPJ.

“Yaitu terapi Farmakologis yang merupakan lini pertama dalam dengan menggunakan dua kelas obat yang menjadi standar perawatan sejak akhir 1980-an,” ucap Prof. dr. Ponco Birowo.

Terapi Pembedahan umumnya ditawarkan
kepada pasien dengan PPJ persisten atau berat yang refrakter terhadap terapi Farmakologis.

Selain itu, terapi Reseksi Prostat Transuretra (TURP) juga telah lama dianggap sebagai standar baku untuk perawatan bedah PPJ.

Lebih lanjut, Prof. dr. Ponco Birowo mengatakan, terdapat beberapa pengobatan dengan teknologi laser yang bisa gunakan.

“Diantaranya yaitu Holmium, Thulium dan Greenlight. Penggunaan laser bertenaga tinggi dan lebih efisien ini bergantung pada pengalaman operator,” imbuhnya.

Terapi Enukleasi Laser Holmium (HoLEP) itu sendiri merupakan prosedur memanfaatkan penggabungan laser karbon dioksida dan neodymium.

Adapun manfaatnya, hal ini untuk menghasilkan pemotongan dan kauterisasi jaringan secara simultan.

Greenlight dan HoLEP telah terbukti memiliki efektivitas dan hasil yang sebanding.

Selain itu, terapi PPJ juga dapat dilakukan dengan Laser Thulium.

Laser Thulium menggunakan logam langka Thulium untuk laser gelombang kontinu yang menghasilkan cut-through yang cepat.

Banyak teknik menggunakan laser Thulium yang telah digunakan untuk PPJ termasuk ablasi, enukleasi dan reseksi.

“Terapi ini menguntungkan karena kemampuannya untuk gelombang kontinu, ukuran yang lebih kecil dan operasi yang lebih efisien daripada laser holmium,” tambahnya.

Sementara dalam acara ini juga, dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), Ph.D, FICRS, Dokter Spesialis Urologi RSU Bunda mengatakan, teknologi bedah robotik semakin terus berkembang.

Seperti, di Asia Pasifik, tren penggunaan teknologi robotik pada bidang kedokteran terus meningkat dari tahun 2010 sampai sekarang, terutama di bidang urologi.

Dr. Agus juga menjelaskan, biopsi prostat robotik merupakan prosedur untuk mengambil sampel jaringan yang mencurigakan pada kelenjar prostat dengan bantuan robotik yang mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan trauma jaringan.

Ada beberapa keunggulan biopsi prostat robotik, di antaranya teknologi ini mampu menentukan penempatan jarum biopsi tertuju secara otomatis pada target jaringan yang dicurigai lesi kanker dengan presisi dan akurasi yang tinggi.

Selain itu, gerakan pemindai dapat memperjelas dan membuat distribusi merata potongan gambar dua dimensi (2D) terhadap rekonstruksi tiga dimensi (3D).

Sedangkan, keunggulan berikutnya yaitu bisa meminimalisir deformasi prostat.

Karena, interaksi dengan probe dan gerakan yang sama dapat digunakan untuk memindai dan menyelaraskan probe untuk biopsi.

“Pada akhirnya, keunggulan berikutnya ada pada hasil biopsi yang lebih baik,” tambah dr. Agus.

Di Indonesia sendiri, biopsi prostat robotik pertama kali diterapkan pada

Menurut dr. Agus, pada pengalaman praktik, teknologi ini membantu mendeteksi kanker prostat dengan stadium yang lebih awal dan lebih akurat.

Berikutnya terkait operasi radikal prostatektomi, ini adalah salah satu pengobatan andalan pada kanker prostat lokal terutama pada stratifikasi risiko menengah hingga tinggi.

Hingga saat ini, tindakan radikal prostatektomi dengan teknologi robotik menjadi standar pelayanan untuk radikal prostatektomi di mayoritas negara maju.

“Sebuah studi yang membandingkan hasil operasi teknik robotik radikal prostatektomi dengan laparoskopi menunjukkan kontinensia urin dan fungsi ereksi yang lebih baik pada 3 bulan pasca operasi dengan teknologi robotik,” jelas dr. Agus.

Lebih lanjut, dr. Agus mengatakan, adanya temuan lain adalah nyeri pasca operasi yang lebih rendah pada teknik robotik dibandingkan operasi terbuka dan laparoskopi.

Dr. Agus menambahkan, teknik operasi radikal prostatektomi robotik ini, sudah dimulai sejak tahun 2013 di RSU Bunda Jakarta.

Setelah berkembangnya teknik biopsi robotik di Indonesia RSU Bunda Jakarta memiliki kenaikan jumlah kasus kanker prostat stadium awal yang layak dioperasi.

Sehingga memacu kami untuk mulai mengembangkan tindakan radikal prostatektomi robotik dan mengirim tim operator untuk melakukan pelatihan di luar negeri.

“Sampai saat ini, tim operator RSU Bunda Jakarta sudah berhasil melakukan berbagai tindakan operasi radikal prostatektomi robotik dengan lama perawatan yang cukup singkat,” tutupnya.

Di sisi lain, masyarakat juga dihimbau untuk harus bisa mengenali gejala kanker Prostat.

Kanker prostat mungkin tidak menimbulkan tanda atau gejala pada tahap awal.

Namun, kanker prostat yang lebih lanjut dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti:

– Kesulitan buang air kecil
– Kekuatan menurun dalam aliran pancaran urin
– Darah dalam urin
– Darah di air mani
– Sakit tulang
– Menurunkan berat badan tanpa diketahui penyebabnya
– Disfungsi ereksi

Adapun, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker prostat meliputi:

– Usia yang semakin tua.
– Ras.
– Sejarah keluarga.
– Obesitas.
– Diet dan gaya hidup.
– Mutasi genetik.

Sedangkan, pemeriksaan disarankan mulai dilakukan pada pria mulai usia 50 tahun dan bisa dimulai pada usia 40 tahun, apabila ada riwayat yang memiliki kanker prostat.*

Penulis: Dwi Kartika Sari

Leave a Response