Health

Sukses Transplantasi Ginjal Ke-200, RS Siloam Terus Luncurkan Layanan Unggulan,  Pasien Tak Perlu Lagi ke Luar Negeri, Bisa Pakai BPJS?

puanpertiwi.com – Penyakit ginjal kronik saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh  Indonesia dengan angka prevalensinya sekitar 10% pada orang dewasa.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam ASRI pada acara pers Launching Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals Asri, di Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis 12 Januari 2022.

Dr. Endang Susalit juga mengatakan bahwa penyakit ginjal kronik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan dan diet rendah protein akan berakhir dengan gagal ginjal.

Sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang pada umumnya memerlukan pengobatan pengganti ginjal, yaitu dialisis atau transplantasi ginjal.

Dapat dikatakan bahwa transplantasi ginjal merupakan terapi gagal ginjal paling ideal karena bisa mengatasi permasalahan akibat penurunan fungsi ginjal, tidak seperti dialisis yang hanya dapat mengatasi sebagian masalah saja.

“Manfaat transplantasi dalam meningkatkan harapan hidup,” jelas dr. Endang Susalit

Umumnya, pasien dialisis yang disebabkan oleh diabetes melitus yang dinyatakan memiliki harapan hidup 8 tahun.

Namun, jika dilakukan transplantasi ginjal, pada kelompok umur yang sama, harapan hidupnya meningkat menjadi 25 tahun.

Dr. Endang Susalit juga memaparkan, transplantasi ginjal mengalami berbagai kemajuan yang pesat dalam bidang medis dan bedah.

Saat ini di Indonesia sudah diterapkan metode pemeriksaan persiapan operasi dan obat imunosupresan terbaru sehingga mengurangi angka rejeksi.

Teknik operasi terbaru yang sama dengan di luar negeri pun sudah diterapkan, sehingga keberhasilan harapan hidup donor dan pasien tidak berbeda dengan hasil di luar negeri.

“Contohnya, jika dahulu teknik pengambilan ginjal donor dilakukan dengan cara nefrektomi terbuka, sekarang dilakukan dengan metode laparoskopi yang sangat bermanfaat bagi pendonor,” tambahnya.

Sementara itu, pada acara pers Launching Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals Asri ini telah melakukan peluncuran Layanan Unggulan Transplantasi Ginjal untuk menjawab kebutuhan pasien akan terapi pengganti ginjal di Indonesia.

Dengan didukung oleh tim multidisiplin yang terdiri dari berbagai spesialis yang berpengalaman dan andal di bidangnya.

Tak hanya itu, dengan adanya inovasi teknologi transplantasi ginjal, dan sistem pengelolaan klinis dan operasional dari jaringan Siloam Hospitals, masyarakat Indonesia diharapkan tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk mendapatkan layanan transplantasi ginjal yang optimal dan berkualitas.

Saat ini, RS Siloam ASRI telah melakukan lebih dari 200 operasi transplantasi ginjal sejak tahun 2017 hingga sekarang, dengan 41% pasien berasal dari pulau Jawa dan 59% dari luar pulau Jawa.

Sejak tahun 2018, RS Siloam ASRI juga telah melakukan teknik retroperitoneal yang lebih aman dan efektif untuk pendonor, di mana tindakan transplantasi dilakukan langsung ke letak ginjal pendonor.

Dengan dukungan dari tim multidispilin yang berpengalaman, inovasi teknik dan teknologi terbaru, RS Siloam ASRI mampu mencapai tingkat keberhasilan yang setara dengan tingkat internasional.

Sebagai perbandingan, RS Siloam ASRI mencatat tingkat keberhasilan hidup 1 tahun (1-year survival rate) sebesar 95,6% dan tingkat keberhasilan cangkok ginjal 1 tahun (1-year graft survival rate) sebesar 98,0%.

Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals Group, Caroline Riady mengatakan, bahwa sebagai rumah sakit swasta yang aktif melakukan transplantasi ginjal di Indonesia, Siloam Hospitals Group berharap dapat mengembangkan kapasitas sebagai pusat transplantasi di masa depan.

Dengan menggunakan teknik inovatif, keahlian klinis dan riset, serta pendekatan multidisiplin untuk mendapatkan hasil klinis yang berkualitas tinggi.

“Kami berterima kasih kepada Kemenkes RI yang telah memberikan sertifikasi, juga semangat dan dukungan sehingga kami bisa mewujudkan visi, misi dan komitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia serta berkontribusi kepada bangsa dan negara,” jelas Caroline Riady.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K), Ketua ASRI Urology Center (AUC) mengemukakan bahwa penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan salah satu dari penyakit yang menyerap dana besar pada pembiayaan kesehatan pemerintah melalui BPJS.

Berdasarkan laporan dr. Nur Rasyid, saat ini BPJS akan mengganti kurang lebih sekitar Rp 400 juta untuk transplantasi ginjal.

Hanya saja dr. Nur Rasyid juga mengatakan bahwa, terkadang pasien harus menambah bayaran kepada rumah sakit untuk biaya persiapan.

Pasalnya, sebelum pasien melakukan transplantasi ginjal, harus melakukan pengecekan terlebih dahulu melalui CT Scan baik pasien maupun pendonor.

“Diperiksa kecocokan darahnya. Itu juga lumayan nilai bisa hampir Rp 100 juta,” paparnya.

Sementara pasca operasi, dr. Nur Rasyid menjelaskan, obat-obatan akan di-cover BPJS.

Lantaran, pemberian obat-obatan tersebut sangat penting untuk penyembuhan.

“Pasca-operasinya, obat-obatannya juga di-cover oleh BPJS. Karena kalau hanya di-cover selama tindakan, orangnya bisa meninggal kalau enggak minum obat untuk pencegahan penolakan dan itu di-cover oleh BPJS,” paparnya.

Sementara itu, jika ada pasien melakukan transplantasi ginjal tanpa melalui BPJS, pastinya memiliki harga yang berbeda-beda.

Seperti hal nya, pada pasien dengan komorbid tentu pemeriksaan akan semakin banyak.

“Tetapi secara umum, kalau pasien itu memakai BPJS Rp 400 juta cukup sejak dirawat sampai pulang. Tetapi persiapannya bantu sendiri. Kalau di RS swasta rata-rata di bawah Rp 1 miliar. Kalau keluar negeri minimal Rp 2 miliar sebagai pembanding,” pungkasnya.

Karena itu, dr. Nur Rasyid memaparkan bahwa sampai saat ini, GGK menjadi penyakit yang diutamakan penyelesaiannya oleh Kemenkes RI.

“Gagal ginjal masih menjadi masalah serius yang perlu ditanggulangi di Indonesia, di mana tingkat kejadian gagal ginjal yang kronik meningkat dari 0,2% pada 2013 menjadi 0,38% pada 2018,” jelasnya.

Ia juga menerangkan bahwa jika dibandingkan dengan hemodialisis kronik, transplantasi ginjal memiliki keunggulan dalam hal memperpanjang angka harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup serta efisiensi total pembiayaan jangka panjang.

Transplantasi ginjal sendiri, juga sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1977, namun baru berkembang pesat pada tahun 2011.

Tercatat, sampai saat ini telah dilakukan lebih dari 1.200 kasus (jumlah yang sangat kecil dibandingkan populasi & penderita GGK).

Awalnya, prosedur dilakukan dengan memasukkan alat laparaskopi melalui rongga perut (peritoneum dimana terdapat usus dan organ-organ lain), kemudian membuka ruangan belakang tempat ginjal berada.

“Hal ini membutuhkan keterampilan yang lebih baik dari operator, namun memberikan keuntungan yaitu komplikasi yang lebih rendah bagi pendonor,” jelas dr. Nur Rasyid.

Dr. Nur Rasyid menjelaskan, dalam proses operasi transplantasi ginjal pada resipien (penerima), secara fundamental yang harus dikuasai operator adalah penyambungan pembuluh darah (anastomosis vaskuler) dari donor ke resipien.

Dalam paparannya, ia juga mengemukakan bahwa pada pemeriksaan CT angiografi untuk melihat pembuluh darah ginjal donor seringkali ditemukan calon donor yang memiliki pembuluh darah arteri ginjal lebih dari satu atau yang disebut dengan multiple renal artery (MRA).

Pada awal pengembangan transplantasi, calon donor seperti ini tidak ideal, sehingga kadang diminta mencari donor lain.

Namun, dengan pengembangan kemampuan operasi (microsurgery) dari tim resipien RS Siloam ASRI yang mampu menyatukan beberapa pembuluh darah menjadi satu bagian.

“Hal ini memberikan kesempatan lebih besar pada ketersediaan donor dan memberikan keberhasilan yang sama baiknya dengan donor yang pembuluh darah arteri tunggal,” ungkapnya.

Adapun prosedur persiapan transplantasi yang mulus atau seamless memerlukan adanya kerja sama yang baik antara koordinator transplan, tim advokasi (melaksanakan tugas KTN) yang baik.

Dalam hal ini, dokter spesialis nefrologi yang memastikan tingkat kecocokan organ donor dan resipien.

Sementara, dokter spesialis radiologi yang dapat menampilkan pembuluh darah donor dan resipien dengan baik, serta seluruh tim dokter spesialis yang memastikan toleransi operasi pasien cukup untuk melaksanakan transplantasi.

“Pada pelaksanaannya, dilakukan anestesi oleh tim anestesi yang berpengalaman dalam transplantasi organ di samping kesiapan tim bedah urologi untuk donor dengan laparaskopi dan untuk resipien dengan teknik bedah mikro sehingga menurunkan morbiditas dan meningkatkan keberhasilan transplantasi ginjal di RS Siloam ASRI hingga saat ini,” tutupnya.

Tags : featured

Leave a Response