Health

PERKI Terus Tingkatkan Peranan Hadapi Tantangan Dalam Tranformasi Kesehatan di Bidang Kardiovaskular

puanpertiwi.com – Penyakit kardiovaskular yang menyebabkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah, sampai saat ini masih menjadi momok yang mengerikan di masyarakat seluruh penjuru dunia, khususnya Indonesia.

Pasalnya, gangguan fungsi yang dialami oleh jantung dan pembuluh darah ini merupakan penyebab utama seseorang mengalami penyakit jantung dan stroke.

Hal ini lantaran, pola hidup tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak, tidak rutin berolahraga, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol secara berlebihan, masih kerap terjadi di masyarakat Indonesia.

Karena itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang merupakan sebuah perhimpunan yang mewadahi seluruh Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia selalu berupaya tingkatkan peranan menghadapi dan beradaptasi dari berbagai tantangan penyakit ini.

Dalam konferensi pers secara virtual, Kamis 4 Agustus 2022, PERKI melangsungkan pengangkatan Ketua Umum PERKI yang ke-19 pada 30 Juli 2022, yakni dr. Radityo Prakoso, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, FAsCC.

Acara ini dihadiri oleh dokter spesialis  jantung yang mewakili cabang-cabang organisasi PERKI dari seluruh Indonesia.

Sebagai Ketua Umum PERKI yang ke-19, dr. Radityo menyatakan bahwa PERKI, sebagai organisasi yang berada langsung dibawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Selain itu, dr. Radityo juga mengatakan bahwa PERKI memiliki peranan dalam mendukung kebijakan, rencana, dan haluan yang telah dirumuskan dan dituangkan oleh Kementerian Kesehatan di dalam ‘Transformasi Kesehatan’.

Untuk diketahui, sejak didirikan pada tanggal 16 November 1957, PERKI sebagai sebuah perhimpunan yang mewadahi seluruh Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia telah menorehkan sejarah dalam memajukan ilmu kardiologi di Nusantara.

PERKI telah menghadapi berbagai tantangan, serta telah beradaptasi untuk menjawab tantangan tersebut hingga menjadi PERKI sebagaimana yang kita kenal pada saat ini.

Menurut dr. Radityo, di awal abad ke-21 ini, PERKI juga memiliki tantangannya tersendiri.

Tantangan-tantangan ini dapat diselesaikan dengan bersinergi dengan 6 haluan Transformasi Kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia  (RI), Budi Gunadi Sadikin.

Di sini, Tantangan PERKI dan Peranan PERKI dalam Transformasi Kesehatan di Bidang Kardiovaskular.

“Tantangan pertama yang dihadapi adalah masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular yang diperparah dengan munculnya emerging disease.”, ucap dr. Radityo.

Sementara, berdasarkan data terbaru dari WHO menunjukkan penyakit jantung koroner dan stroke masih menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian utama di dunia dengan jumlah kematian global 18,6 juta orang setiap tahunnya.

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 20,5 juta pada tahun 2020 dan 24,2 juta pada tahun 2030 seiring dengan peningkatan kualitas hidup.

Di Indonesia sendiri, penyakit jantung dan stroke juga menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian paling tinggi dengan membebani BPJS hingga 10 Triliun Rupiah.

“Tingginya angka morbiditas dan mortalitas ini membuat PERKI akan bekerjasama dengan Kemenkes dalam mengawal Tranformasi Kesehatan di bidang layanan rujukan untuk cita-cita besar mewujudkan seluruh provinsi mampu pasang ring jantung dan bedah jantung terbuka”, ujar dr. Radityo

Kemudian, tantangan kedua adalah pesatnya perkembangan teknologi, transportasi, serta komunikasi di era globalisasi ini.

Selain itu, adanya perdagangan bebas yang dapat menciptakan masalah baru, yakni peluang masuknya SpJP asing ke Indonesia.

Jumlah pusat pendidikan dan pelatihan SpJP yang masih belum memadai di Indonesia turut memperbesar risiko bertambahnya tenaga asing yang akan masuk ke Indonesia.

“Untuk mengatasi tantangan ini, PERKI akan bersinergi dengan Kemenkes untuk mewujudkan transformasi kesehatan di bidang Sumber Daya Masyarakat (SDM) untuk mengakselerasi penambahan jumlah dokter umum, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, serta pendidikan berkelanjutan dan pelatihan-pelatihan di bidang kardiovaskular,” imbuh dr. Radityo.

Lebih lanjut dr. Radityo mengatakan, selain penambahan SDM secara kuantitas dan kualitas, akan didorong pula pemerataan spesialis jantung dan pembuluh darah di seluruh penjuru Tanah Air.

Tantangan lainnya adalah regulasi yang ada masih belum memfasilitasi pemenuhan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pelayanan kardiovaskular serta peran PERKI sebagai advokator dan kolaborator yang sejauh ini masih terbatas.

“Terkait dengan permasalahan anggaran, PERKI akan melakukan kolaborasi dengan Kemenkes dalam transformasi kesehatan di bidang pembiayaan kesehatan untuk mewujudkan pembiayaan yang transparan dan berkeadilan,” ujarnya.

Sementara itu, dr. Radityo juga menambahkan, terkait permasalahan advokator dan kolaborator yang masih terbatas, PERKI akan berkontribusi pada transformasi kesehatan layanan primer.

Hal itu semata-mata untuk meningkatkan usaha promotif, preventif dan pemerataan layanan kesehatan khususnya di bidang kardiovaskular.

Lalu, tantangan terakhir yang perlu dihadapi yakni PERKI belum memiliki registri nasional penyakit kardiovaskular.

“Permasalahan belum tersedianya registri nasional ini dapat diselesaikan melalui transformasi kesehatan di bidang teknologi yang dicanangkan oleh Kemenkes. PERKI akan turut mendorong terbentuknya registri nasional di Indonesia,” tutur dr. Radityo.

Selain mencoba bersinergi dengan haluan transformasi kesehatan Kemenkes, dr. Radityo juga akan memberikan arahan kepada departemen-departemen serta setiap kelompok kerja (POKJA) selaku perencana dan pelaksana.

Adapun tujuan dari sinergi dengan haluan transformasi ini, agar dapat terjadi sinkronisasi AD/ART dengan isu-isu yang tengah dihadapi.*

Penulis: Dwi Kartika Sari

Tags : featured

Leave a Response