Culture

Mengapa Pasangan Afrika Cina Ini Ngetop di Medsos?

Puanpertiwi.com – Pasangan suami istri Cina dan Afrika ini mencuri perhatian netizen di Kota Dandong, Provinsi Liaoning.

Sandra Made, 27 tahun, dari Kamerun menikahi Zou Qianshun, 43 tahun, dari Cina dan saat ini telah memiliki seorang bayi berumur sepuluh bulan.

Pasangan ini mulai mengunggah video dan siaran langsung kejadian unik sehari-hari yang mereka alami di jejaring sosial Kuaishou pada Februari 2018. Saat ini, mereka telah mendapat 120 ribu pengikut.

“Orang-orang suka dengan Sandra karena dia orangnya terbuka,” kata Zou sang suami seperti dilaporkan CNN, 18 September 2018.

Made mengatakan orang-orang Cina tertarik untuk mengetahui kehidupan mereka berdua karena tidak banyak pasangan Cina dan Afrika di sana khususnya di Liaoning.

Mereka adalah satu dari lima pasangan Cina dan Afrika di provinsi itu. “Mereka semua bertemu di Afrika,” kata Zou.

Karena menjadi sensasi online, keduanya kerap mendapat hadiah virtual dari para netizen. Hadiah ini bisa ditukar dengan uang, yang tiap bulannya mencapai sekitar US$727 atau sekitar Rp11 juta.
Zou dan Made bertemu tiga tahun lalu saat Zou bekerja di Kamerun. Saat itu Made membuka salon. Setahun kemudian, Zou melamar Made dan pasangan itu menikah pada Maret 2017. Tak lama kemudian, Zou dan Made pindah ke sekitar Kota Dandong, yang terletak di timur laut Cina.

Pada 2016, ada 1.700 pernikahan campur dari total populasi 43,7 juta orang menurut data dari Biro Statistik Nasional Cina.

Saat ini ada sekitar 10 ribu perusahaan Cina beroperasi di berbagai negara Afrika menurut perusahaan riset McKisey. Sejumlah orang Afrika juga telah bermigrasi ke Cina. Kebanyakan warga Afrika ini, yang berjumlah sekitar 20 ribu orang, bekerja di Kota Guanzhou.

Di kota ini, hubungan romantis lebih banyak terjadi antara pria Afrika dan perempuan Cina. ‘Perempuan Cina lebih bersosialisasi dan mahir berbahasa Inggris dibandingkan lelaki Cina sehingga lebih besar peluang menikahi orang asing,” kata Gordon Matthews, seorang profesor Antropologi di Universitas Cina di Hong Kong.

Reporter : Bintang

Leave a Response