Health

Jangan Anggap Sepele! Kenali Risiko Gagal Jantung, Penyebab Kematian Kedua Tertinggi di Indonesia

puanpertiwi.com – Berdasarkan survei sample registration system (SRS) pada 2014 di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab kematian kedua tertinggi semua umur yaitu 12,9%.

Karena itu, pelayanan kardiovaskular yang cepat tepat sangat dibutuhkan untuk mengatasi akibat penyakit jantung dan pembuluh darah berupa tingginya kematian dan morbiditas.

Dalam Webinar, di Jakarta, Selasa 8 November 2022, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), dr. Rarsari Soerarso, Sp.Jp (K) menjelaskan bahwa jantung koroner, hipertensi hingga apnea tidur merupakan beberapa faktor risiko dari terjadinya gagal jantung.

“Penyebab gagal jantung terbanyak kalau di RS Harapan Kita itu, pertama koroner dan kedua baru hipertensi,” ujar dr. Rarsari Soerarso, Sp.Jp (K). Dikutip Antara.

Gagal jantung sendiri terjadi ketika otot jantung tidak memompa darah sebagaimana normalnya.

Ketika hal ini terjadi, darah tidak mengalir lancar dan cairan dapat menumpuk di paru-paru, hingga menyebabkan sesak napas.

Kondisi jantung tertentu, seperti penyempitan arteri di jantung (penyakit arteri koroner) atau tekanan darah tinggi, secara bertahap membuat jantung terlalu lemah atau kaku untuk mengisi dan memompa darah dengan benar.

Gagal jantung dapat terjadi pada sisi kiri (ventrikel kiri), sisi kanan (ventrikel kanan) atau kedua sisi jantung.

Umumnya, gagal jantung dimulai dengan sisi kiri, khususnya ventrikel kiri – ruang pemompaan utama jantung.

Bahkan, gagal jantung dapat berlangsung terus-menerus (kronis), atau mungkin mulai tiba-tiba (akut).

Beberapa faktor risiko terjadinya gagal jantung meliputi:

• Penyakit jantung koroner, di mana arteri yang memasok darah ke jantung tersumbat oleh zat lemak (aterosklerosis), yang dapat menyebabkan angina atau serangan jantung.
• Hipertensi, dapat memberikan tekanan ekstra pada jantung, yang seiring waktu dapat menyebabkan gagal jantung.
• Kondisi yang mempengaruhi otot jantung (kardiomiopati).
• Aritmia, seperti fibrilasi atrium.
• Kerusakan atau masalah lain dengan katup jantung.
• Adanya penyakit jantung bawaan.
• Penggunaan alkohol, minum terlalu banyak alkohol dapat melemahkan otot jantung dan menyebabkan gagal jantung.
• Apnea tidur, ketidakmampuan bernapas dengan benar saat tidur menyebabkan kadar oksigen darah rendah dan peningkatan risiko detak jantung tidak teratur.
• Merokok atau menggunakan tembakau.

Saat ini, sudah banyak pilihan pengobatan yang tersedia untuk gagal jantung.

Kontrol ketat atas obat dan gaya hidup, ditambah dengan pemantauan yang cermat, adalah langkah utama.

Seiring perkembangan kondisi, dokter dapat menawarkan pilihan pengobatan yang lebih
lanjut.

Tujuan pengobatan gagal jantung adalah untuk mencegahnya menjadi lebih buruk (menurunkan risiko kematian dan kebutuhan rawat inap), meredakan gejala, dan meningkatkan kualitas hidup.

Terkait dengan masalah ini, sebagai pengampu rumah sakit jejaring bidang kardiovaskular di hampir 54 rumah sakit di Indonesia, RSJPDHK siap luncurkan gedung baru untuk mengembangkan pelayanan kardiovaskular yang bermutu tinggi.

Dr. dr. Iwan Dakota, Sp. JP (K), MARS, Direktur Utama RSJPDHK juga mengatakan, peresmian gedung ini bertepatan
dengan HUT ke-37.

Menurutnya, adanya transformasi layanan rujukan kesehatan kardiovaskular ini, akan memudahkan akses untuk menjangkau pusat-pusat jantung terpadu yang di daerah.

“Menyampaikan kabar gembira adanya kerjasama
baru dalam pengembangan pelayanan transplantasi jantung UCLA Health dan juga dengan Utrecht Medical Center of Utrecht di Belanda untuk mengembangkan pelayanan gagal
jantung” terang Dr. dr. Iwan Dakota, Sp. JP (K), MARS, Direktur Utama RSJPDHK.

Gedung yang terdiri dari 8 tingkat ini akan diresmikan oleh Bapak Menteri Kesehatan RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU pada 9 Nopember 2022.

Didukung oleh teknologi terkini,
fasilitas modern dan penambahan penyediaan kamar yang dapat menampung kebutuhan
rawat inap anak, gedung ini diharapkan menjadi jawaban untuk penyelenggaraan kesehatan penyakit jantung khususnya pada anak-anak.

Di mana di Indonesia, setiap tahunnya angka kejadian dari penyakit jantung bawaan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup.*

Penulis : Dwi Kartika Sari

Tags : featured

Leave a Response