Women in Action

Hari Perempuan Sedunia 2020: Masih Banyak Kasus Yang Menimpa Perempuan Indonesia. Ayo Berani Mainkan Peran, Berani Tentukan Pilihan!

Jakarta, puanpertiwi.com- Dalam rangga memperingati hari Perempuan Internasional 2020 yang jatuh pada 8 Maret, Andalan sebagai brand kesehatan reproduksi di Indonesia, menggelar acara bertajuk ‘Perempuan Indonesia, Perempuan Andalan’, sebuah bentuk inspirasi dan motivasi terhadap perempuan Indonesia untuk meningkatkan rasa percaya diri, berani mengambil peran dalam peningkatan kesehatan reproduksi perempuan Indonesia, serta menjadi sahabat perempuan lainnya untuk menginspirasi dalam hak kesehatan reproduksi dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Ade Maharani selaku Head of Marketing DKT Indonesia dan Andalan mengungkapkan “Saat ini, masih terdapat berbagai tantangan serta isu yang dihadapi perempuan Indonesia, khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi serta pemberdayaan. Hal ini membuat perempuan Indonesia masih belum benar-benar ‘merdeka’ atas kesehatan reproduksi maupun ‘berdaya’ atas perannya dalam mengambil keputusan di berbagai bidang, karena adanya berbagai tekanan sosial. Ditambah lagi, akses terhadap pelayanan kesehatan bagi perempuan juga belum merata, sehingga masih banyak perempuan terutama yang berada di daerah, belum mendapatkan akses layanan kesehatan yang memadai,” tutur Ade Maharani dalam acara ‘Perempuan Indonesia Perempuan Andalan’, di Tribeca, Central Park, Jakarta, pada Minggu, (8/3/20).

Terkait dengan permasalahan kesehatan reproduksi, misalnya, data menyebutkan bahwa: Dari 4,8 juta kelahiran di Indonesia setiap tahunnya, hanya 52% bayi di bawah umur 6 bulan yang menerima ASI Eksklusif, dan ketika ditanya mengenai salah satu kendala yang menyebabkan Ibu berhenti menyusui, mereka menyebutkan karena faktor stress dan tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup.
300 ibu meninggal setiap minggunya karena hal yang berkaitan dengan kehamilan maupun pada saat melahirkan.

7% perempuan usia muda umur 15-19 tahun sudah menjadi ibu, 5% dari perempuan tersebut sudah melahirkan, serta 2% lainnya sedang mengandung anak pertama.

Saat ini, Ibu Rumah Tangga masih menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap infeksi HIV, dan rata-rata dari mereka baru tersadar status HIV-nya pada saat sudah terkena AIDS, mayoritas dari perempuan tersebut tertular dari suami.

Ditambah lagi, terdapat 11% perempuan Indonesia yang belum terpenuhi kebutuhannya dalam berkontrasepsi, dikarenakan kesulitan akses terhadap kontrasepsi. Tak jarang, suami juga menjadi penghalang perempuan berkontrasepsi.

36% perempuan berumur 15 – 49 tahun mengalami paling sedikit 1 masalah dalam mengakses pelayanan kesehatan ketika mereka sakit. 15% dari perempuan memiliki kendala keterbatasan biaya dalam berobat, dan 11% terkendala mengakses layanan kesehatan karena jarak tempuh ke fasilitas kesehatan yang jauh dari tempat tinggal.

Selain itu, jumlah pelayanan kesehatan bagi perempuan seperti Puskesmas dan juga Bidan belum merata sepenuhnya di Indonesia. Jumlah Puskesmas misalnya, dari total 9.993 Puskesmas yang ada di Indonesia, 29,2% nya berada di pulau Jawa. Sehingga rasio Puskesmas di setiap daerah berbeda-beda, misalnya Jakarta memiliki rasio 7.3 namun di Papua -rasio terendah- hanya memiliki 0.7 Puskesmas di setiap kecamatan. Sedangkan Bidan yang merupakan tonggak pelayanan kesehatan Ibu dan anak, dari 146.734 bidan, hanya ada 40 ribu yang memiliki praktek, dengan penyebarannya yang juga tidak merata. Bidan di Banten misalnya, memiliki rasio 1:42. Sedangkan daerah-daerah lain memiliki konsentrasi bidan yang sangat rendah, misalnya Bengkulu rasio 1:198 dan Aceh, 1: 232. Rasio terendah ada di provinsi Bangka Belitung 1 bidan untuk melayani 756 pasien.

Dalam hal pemberdayaan perempuan, data menunjukkan bahwa:
Terdapat 10% perempuan yang tidak memiliki keterlibatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, seperti perawatan kesehatan, pengeluaran, serta kunjungan keluarga atau kerabat.

Masih ada 32% perempuan yang percaya bahwa seorang suami dibenarkan untuk memukuli istrinya dalam keadaan tertentu.

Pada tahun 2019, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sebesar 431.471 kasus meningkat 6% dari tahun sebelumnya. Dari data tersebut, KDRT menjadi yang paling menonjol, disusul dengan kekerasan terhadap perempuan di ranah komunitas/publik. Selain itu, kekerasan terhadap anak perempuan juga mengalami peningkatan 16% pada tahun 2019.

“Untuk itu, melalui momentum Hari Perempuan Internasional kali ini, kami ingin mengajak perempuan Indonesia menjadi Perempuan Andalan yang cerdas menjalankan perannya sebagai seorang perempuan seutuhnya, tanpa merasa insecure dan harus percaya diri dengan kemampuannya, serta tanpa takut dengan pendapat orang lain. Kami mengajak perempuan untuk mengerti akan hak-hak kesehatan reproduksinya dan bebas menentukan pilihan terhadap tubuhnya, menjadi sahabat dan inspirasi bagi perempuan lainnya yang mendukung satu sama lain tanpa menghakimi” ujar Head of Marketing DKT Indonesia melanjutkan.

Di sisi lain, Mariana Amiruddin selaku Komisioner Komnas Perempuan mengungkapkan “Pemberdayaan perempuan untuk menentukan hak kesehatan reproduksinya termasuk dalam mengambil keputusan perencanaan kehamilan dan kelahiran, serta pemakaian kontrasepsi adalah upaya untuk perempuan menciptakan keluarga yang berkualitas. Namun sayangnya, masih banyak Peraturan Perundang-Undangan yang tidak ramah perempuan di Indonesia, menjadi salah satu kendala dalam pemberdayaan perempuan”.

Dari sisi medis, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG menjelaskan “Sebuah survey pernah mengungkapkan bahwa perempuan selalu menomor-duakan kesehatan dirinya sendiri, dan memprioritaskan kesehatan orang yang disayanginya baik itu suami, keluarga, maupun anak. Hal ini juga membuat perempuan akhirnya mengabaikan tentang kesehatan reproduksi mereka, dan pada akhirnya mereka sering mengalami berbagai gangguan kesehatan terkait dengan organ reproduksi, seperti masalah menstruasi dan keputihan akibat stress, komplikasi kehamilan, serta kondisi lainnya akibat kurangnya kesadaran perempuan tentang kesehatan reproduksi. Padahal, perempuan memiliki anatomi reproduksi yang sangat kompleks, berbeda dengan laki-laki, karena perempuan memiliki anugrah untuk bisa hamil, sehingga hal tersebut perlu direncanakan dengan baik”.

Sementara itu, ditemui dalam acara ‘Perempuan Indonesia, Perempuan Andalan’ Psikolog Analisa Widyaningrum menambahkan “Menjadi Perempuan Andalan bukanlah hal yang mudah. Perempuan Indonesia seringkali mendapatkan tekanan dari lingkungannya, bahkan dalam situasi terkecil misalnya menentukan kapan ingin menikah, memiliki anak, memiliki berapa banyak anak, penentuan gizi dan edukasi anak, serta hal-hal lainnya. Untuk itu, sudah saatnya kita sebagai perempuan saling memberikan dukungan, menjadi sahabat serta penyemangat satu sama lain, tidak menjatuhkan serta menerima adanya perbedaan sudut pandang. Terlebih lagi, Perempuan Andalan, harus bisa menjadi sosok yang kuat, mencintai dan menghargai dirinya sendiri, serta menginspirasi dan menjadi sahabat bagi perempuan lainnya”.

Selain menghadirkan talkshow inspiratif mengangkat tema seputar hak kesehatan reproduksi serta pemberdayaan perempuan, acara ‘Perempuan Indonesia, Perempuan Andalan’ juga dimeriahkan oleh pagelaran fashion show bersama model dari berbagai komunitas perempuan yang inspiratif dengan menggunakan balutan busana dari Cotton Ink, Pound Fit bersama Ullie Iswara, serta Cooking Demo masakan sehat untuk mencegah anemia bersama Chef Edwin Lau. Dalam acara tersebut, Andalan juga menyediakan Breakthrough Wall, bagi para pengunjung Central Park Mall untuk menginspirasi perempuan lain dengan kata-kata penyemangat yang positif. Acara ini diperkirakan dihadiri oleh lebih dari 1.000 perempuan yang turut berpartisipasi memeriahkan acara.

“Acara ini juga sekaligus menjadi momentum Andalan untuk merayakan 20 tahun berada di Indonesia. Andalan merupakan brand kesehatan reproduksi yang telah dipercaya oleh perempuan Indonesia untuk menjaga kesehatan reproduksi dari kini hingga nanti. Setiap tahunnya, kami berhasil membantu 8,5 juta pasangan dalam proses perencanaan keluarga, serta mencegah 5.000 kematian bayi dan 1.100 kematian ibu di Indonesia. Seterusnya, kami ingin menjadi sahabat bagi perempuan Indonesia untuk perlindungan kesehatan mereka, yang selalu memahami, serta memberikan rasa nyaman dan aman untuk perempuan menghadapi peran mereka di masyarakat,” pungkas Ade Maharani.

 

Leave a Response