INDIGEN TB Dukung Implementasi Active Case Finding (ACF) Terpadu Berbasis Laboratorium

puanpertiwi.com – PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usahanya PT KalGen DNA (KalGen DNA) menegaskan komitmennya dalam mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Dukungan ini diwujudkan melalui kontribusi tes diagnostik molekular INDIGEN TB dalam pelaksanaan Model Active Case Finding (ACF) TB Terpadu Berbasis Laboratorium yang digelar Jogjakarta. Kegiatan ACF yang bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-61 menargetkan 2.000 peserta skrining.

Inisiatif ACF terpadu ini diselenggarakan oleh Balai Besar Labkesmas Yogyakarta melibatkan lebih dari 28 instansi jejaring, termasuk Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Dinas Kesehatan DIY, pemerintah daerah, organisasi profesi, lembaga mitra, dan berbagai institusi lintas sektor lainnya. Sebanyak 20 posko skrining didirikan di sepanjang jalur Malioboro hingga kawasan Keraton yang merupakan salah satu konsentrasi aktivitas wisata dan aksesibilitas publik di Jogjakarta.

Untuk memastikan keamanan dan mutu spesimen, disiapkan “Bilik Dahak” yaitu fasilitas pengambilan spesimen aman sebelum pemeriksaan laboratorium.

“Kalbe berkomitmen mendukung pemerintah mempercepat eliminasi TB nasional melalui penyediaan akses diagnostik yang akurat, cepat, dan terjangkau. Melalui INDIGEN, kami ingin memastikan deteksi dini dapat menjangkau lebih banyak populasi berisiko,” ujar Wahyu Retno Ambarwati, Direktur PT KalGen DNA.

KalGen DNA menghadirkan INDIGEN TB, tes diagnostik lokal berbasis RT-PCR open system, yang dapat memanfaatkan infrastruktur mesin PCR yang telah tersedia di berbagai laboratorium, sehingga memperluas kapasitas pemeriksaan TBC di level layanan kesehatan maupun kegiatan lapangan.

INDIGEN merupakan tes diagnostik TBC berbasis metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi empat target gen sekaligus, yaitu Mycobacterium tuberculosis (MTB), Nontuberculous Mycobacteria (NTM), serta resistensi terhadap dua obat utama anti-TB: Rifampisin dan Isoniazid.

Dengan kemampuan deteksi tersebut, INDIGEN dapat membantu dokter memberikan pengobatan TBC yang lebih tepat dan efektif, sehingga dapat meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Hasil uji ilmiah menunjukkan tingkat sensitivitas INDIGEN mencapai 94,12% dan spesifisitas sebesar 98,36%, dengan pengujian terhadap lebih dari 700 sampel klinis populasi Indonesia.

Data ilmiah terkait INDIGEN telah dipublikasikan secara internasional dan memperoleh hasil evaluasi sangat baik dari Kementerian Kesehatan RI.

“Sebagai produk inovasi anak bangsa, INDIGEN selaras dengan agenda pemerintah dalam memperkuat ketahanan dan kemandirian kesehatan nasional. Kami bangga dapat berkontribusi dalam implementasi model ACF yang mengintegrasikan pendekatan lapangan dan teknologi laboratorium untuk deteksi TBC yang lebih efektif,” tambah Retno.

Lebih lanjut Retno mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi Model ACF terpadu berbasis laboratorium yang dinilai sebagai inovasi yang dapat direplikasi di kota-kota wisata lain di Indonesia sebagai upaya memperluas skrining aktif dan mempercepat penemuan kasus TB.

Dengan tingginya intensitas interaksi publik di kawasan wisata, kegiatan ACF ini menjadi langkah penting dalam mengurangi risiko penularan dan meningkatkan cakupan deteksi dini tuberkulosis.

Indonesia sendiri masih menempati peringkat kedua kasus TB tertinggi di dunia, menyumbang 10% dari total kasus global.

Peluncuran Model ACF TB Terpadu Berbasis Laboratorium menjadi tonggak inovasi deteksi dini TB di kawasan wisata, memadukan pendekatan lapangan, teknologi laboratorium, dan kolaborasi lintas sektor.

Model ini diharapkan dapat direplikasi di daerah wisata lain di Indonesia. Kegiatan ini menegaskan komitmen Yogyakarta dalam menciptakan lingkungan wisata yang sehat, aman, dan mendukung target nasional Eliminasi TB 2030.

“Penggunaan INDIGEN pada kegiatan ACF ini diharapkan dapat membantu memastikan pemeriksaan yang lebih cepat, akurat, dan mudah diakses sehingga mendukung pencapaian target Eliminasi TB Nasional pada 2030,” pungkas Retno. ***

Post Comment