Malam Puncak Piala Citra 2025 FFI 2025: Puspawarna Sinema Indonesia, Perayaan Keberagaman dan Cinta Film
puanpertiwi.com – Atmosfer dunia perfilman Indonesia kian memanas menjelang salah satu perayaan terbesar tahun ini.
Setelah berbagai rangkaian program dan diskusi film berlangsung sejak awal 2025, Festival Film Indonesia (FFI) 2025 kini memasuki babak penentuan menuju Malam Anugerah Piala Citra 2025 pada 20 November 2025.
Dengan mengangkat tema ‘Puspawarna Sinema Indonesia’, FFI tahun ini menyoroti keluasan spektrum kreativitas para sineas—mulai dari genre, karakter bercerita, hingga visi artistik yang terus berkembang. Menandai usia ke-70, FFI kembali memperkuat posisinya sebagai wadah evaluasi sekaligus penghargaan bagi perjalanan panjang sinema nasional yang semakin kompetitif di tingkat global.
Giring Ganesha: “Kita Rayakan Semua yang Ada di Balik Film”
Dalam konferensi pers terbaru yang digelar di Jakarta, Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo menggarisbawahi bahwa FFI adalah ruang apresiasi bagi seluruh pekerja film tanpa kecuali.
“Setiap film adalah hasil cinta banyak orang mulai dari penata rias, penulis naskah, sutradara, sampai kru lampu. Mereka semua layak dirayakan,” ujar Giring.
“Hari ini kita merayakan mereka, dan besok akan selalu ada cerita-cerita baru yang menunggu giliran untuk bersinar di layar lebar,” lanjutnya.
Pernyataan ini semakin relevan melihat meningkatnya kolaborasi lintas profesi dalam produksi film sepanjang tahun 2025.
794 Karya Terdaftar: Tahun Penuh Ledakan Kreativitas
FFI 2025 mencatat 794 karya masuk dalam proses kurasi—jumlah tertinggi dalam lima tahun terakhir. Peningkatan paling signifikan datang dari kategori Kritik Film, yang peserta tahun ini naik dua kali lipat. Angka tersebut mencerminkan ekosistem film Indonesia yang semakin aktif, dari ruang produksi hingga ruang apresiasi penonton.
Ketua Umum FFI 2025, Ario Bayu, menyampaikan apresiasinya terhadap momentum tersebut.
“Kita menyaksikan kemajuan luar biasa, baik dari sisi cerita maupun teknis. FFI tahun ini bukan hanya selebrasi, tapi juga refleksi bahwa industri film kita semakin kuat dan inklusif,” kata Ario Bayu.
Sistem Penjurian Baru, Standar Penilaian Lebih Jelas
FFI 2025 juga hadir dengan mekanisme penjurian yang diperbarui.
Sebanyak 80 anggota Akademi Citra, para peraih Piala Citra terdahulu, menyeleksi 16 film rekomendasi awal. Kemudian, 13 asosiasi profesi menilai dan menetapkan nominasi untuk 17 kategori utama.
Proses penjurian final tahun ini kembali digelar secara offline di jaringan bioskop, berkat dukungan penuh Cinema XXI.
“Kami bangga mendukung FFI 2025 sebagai bentuk apresiasi kepada para sineas Indonesia,” ujar Indah Tri Wahyuni, Corporate Secretary Cinema XXI.
Format penjurian ini dinilai semakin profesional dan representatif karena memberi ruang bagi penilaian langsung melalui layar lebar.
Dari Jakarta ke Daerah: ‘Puspawarna Sinema’ Menyebar Lebih Luas
Tahun ini, FFI memperluas jangkauan programnya dengan menggandeng lebih banyak festival film daerah.
Ketua Bidang Program FFI 2025, Prilly Latuconsina, menyampaikan bahwa langkah ini bertujuan memperkuat ekosistem film di seluruh Indonesia.
“Kalau tahun lalu kami keliling kampus, tahun ini kami hadir di festival-festival daerah. Kami ingin anak muda yakin bahwa mereka juga bisa jadi bagian dari industri film,” ungkap Prilly.
Langkah ini semakin relevan karena semakin banyak komunitas film daerah yang tumbuh pesat sepanjang 2025.
Menghitung Hari Menuju Piala Citra 2025
Dengan banyaknya karya baru, pembaruan sistem penjurian, hingga program yang menjangkau berbagai daerah, FFI 2025 menjadi penanda bahwa sinema Indonesia tengah berada dalam fase yang kuat, inklusif, dan penuh energi kreatif.
Semua mata kini tertuju pada Malam Anugerah Piala Citra FFI 2025, yang dapat disaksikan secara langsung melalui kanal YouTube Festival Film Indonesia, Kemenbud RI, dan Indonesiana TV. ***



Post Comment
You must be logged in to post a comment.