Event & Info

Sekolah Alam Atelier Jakarta Resmi Dibuka, Hadirkan Pendidikan Berbasis Alam, Nadine Chandrawinata: Belajar Dalam Bermain Tanpa Paksaan

puanpertiwi.com – Membentuk karakter yang baik bagi anak sejak usia dini itu sangat penting. Tak sedikit orang tua yang memilih sekolah alam untuk menjadi pertimbangan dalam menyekolahkan anak-anaknya dalam membangun kepribadian anak yang berkualitas, salah satunya di Sekolah Alam Atelier.

Melansir Wikipedia, sekolah alam adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Lendo Novo berdasarkan keprihatinannya akan biaya pendidikan yang semakin tidak terjangkau oleh masyarakat.

Sebab itu, ide membangun sekolah alam adalah agar bisa membuat sekolah dengan kualitas sangat tinggi tapi murah.

Adapun pembelajaran di sekolah alam umumnya banyak dilaksanakan di ruang terbuka, dengan memanfaatkan potensi yang ada di dalam lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan metode belajar bersama alam.

Kurikulum sekolah alam yang dirumuskan oleh Lendo itu sendiri terdiri dari 4 pilar, yaitu:
1. Pengembangan akhlak, dengan metode ‘teladan’
2. Pengembangan logika, dengan metode action learning ‘belajar bersama alam’
3. Pengembangan sifat kepemimpinan, dengan metode ‘outbound training’
4. Pengembangan mental bisnis, dengan metode magang dan ‘belajar dari ahlinya’ (learn from maestro)

Tak hanya itu, sekolah alam juga biasanya adalah sekolah inklusi, artinya sekolah yang menyediakan tempat bagi siswa berkebutuhan khusus.

Berprinsip pendidikan bagi semua, sekolah alam percaya bahwa dengan menyatukan antara siswa biasa dan siswa berkebutuhan khusus, masing-masing pihak akan dapat saling belajar.

Siswa berkebutuhan khusus akan mendapatkan spektrum normal, sementara siswa biasa akan lebih tumbuh rasa empatinya terhadap sesama.

Seperti pada sekolah Alam Atelier Jakarta, sebuah preschool yang baru saja dibuka di Jalan Pangeran Antasari no. 19, Jakarta Selatan, menunjukkan perhatian serius pada pendidikan anak-anak usia dirs (PAUD) mulai dan umur & bulan sampai 6 tahun.

Berbeda dengan sekolah PAUD pada umumnya, sekolah ini menerapkan kurikulum Reggio Emilia, yakni sebuah pendekatan pembelajaran berbasis alam yang memungkinkan anak-anak untuk belajar tidak terbatas pada ruang kelas, tetapi bisa belajar di alam dan ruangan terbuka.

Supiani Winata, Pendiri dan Direktur dari Alam Atelier mengatakan, salah satu program pembelajaran yang diberikan di Alam Atelier adalah pendekatan Reggio Emilia, yang berasal dan kata Reggio Emilia di Italia, pendekatan pembelajaran ini berpusat pada anak dan menghargai anak sebagai peserta aktif dalam perjalanan belajar mereka.

Menurutnya, pendekatan ini menekankan pengalaman langsung, kolaborası, dan eksplorasi, yang memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan diri dalam ‘seratus bahasa’ melalui berbagai bentuk seni dan komunikasi.

Sementara itu, pendidik atau guru-guru berperan sebagai fasilitator, mangamati dan merespons minat anak-anak, menumbuhkan kecintaan terhadap pembelajaran dan rasa kebersamaan yang kuat.

Selain itu, lingkungan dianggap sebagai guru ketiga bagi anak.

“Dalam proses perancangan Alam Atelier Jakarta, kami melibatkan arsitek terkenal dan desainer landscape dari Amerika Serikat untuk memastikan bahwa ruang kami tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga merangsang perkembangan anak,” kata Supiani Winata, Pendiri dan Direktur dari Alam Atelier saat jumpa pers, Sabtu, 21 September 2024, di Jakarta.

Supiani Winata juga mengatakan, filosofi yang diterapkan pada Alam Atelier berfokus pada penciptaan ruang yang mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi, bertanya, dan terlibat dalam pengalaman langsung termasuk ketika mereka berada di alam terbuka.

Nadine Chandrawinata salah satu selebriti yang menjadi orang tua murid preschool Alam Atelier Jakarta, juga mengakui bahwa putri pertamanya, Nadi Djiwa Anggara yang usianya saat ini menginjak 2 tahun 7 bulan, mengalami tumbuh kembang dan karakter yang baik sejak masuk sekolah tersebut.

Hal itu Nadine ungkapkan lantaran pembentukan imajinasi dari setiap anak yang sekolah di Alam Atelier selalu mendapatkan arahan yang baik dari para pendidik yang membuat nyaman anak-anak di sekolah.

“Saya melihat Jiwa ini bisa menceritakan tentang sekolah ini, gurunya, temannya, hasil prakaryanya. Malah terkadang bisa sampai mimpi, dia bisa bercerita padahal di sekolah tidak ada. Artinya ia bisa merasakan dan meresap semua ilmu yang didapat di alam, artinya juga dia belajar dalam bermain tanpa merasa terpaksa. Anak Happy orang tua juga pasti happy, itu point terpenting,” ujar Nadine.

Menurutnya, dengan perkembangan yang didapat putrinya dari sekolahnya, maka dapat mempermudah dirinya pada saat bercerita atau berdongeng.

“Di sini dia bisa memvisualisasikan apa yang saya ceritakan. Di sini juga anak-anak tidak hanya dibangun kemampuan virtualnya, tapi bisa lebih menghargai alam,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Maryati Lauw, Direktur Operasional Alam Atelier menambahkan tujuan pembelajaran di Alam Atelier.

“Seperti yang disampaikan Ibu Supiani Winata, karena program kami bertujuan untuk membangun anak secara holistik, maka semua program yang kami buat dirancang sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang bukan hanya cerdas, mencintai alam, tetapi juga mereka akan menjadi anak-anak yang mandiri, kreatif, dan percaya diri,” ujar Maryati Lauw, Direktur Operasional Alam Atelier.

Maryati Lauw juga menjelaskan, hal ini bisa dibuktikan melalui aktifitas Trunk Show yang bisa disaksikan bersama saat konferensi pers pembukaan Alam Atelier Jakarta.

Dalam trunk show itu, banyak anak-anak berusia 2-4 tahun dengan penuh percaya diri berani berjalan di depan banyak tamu undangan, melenggok-lenggok layaknya seorang model dewasa yang professional.

Bahkan, dalam kegiatan ini belum tentu bisa dilakukan orang dewasa karena butuh kepercayaan diri yang besar.

Tak kalah menarik, Maryati Lauw menambahkan, kegiatan trunk show ini didukung beberapa selebriti yang kebetulan menjadi para orang tua murid Alam Atelier Jakarta.

Di antaranya, Ms. Kimmy Jayanti sebagai koreografer, Ms. Flori Amelia yang meminjamkan beberapa koleksi dan brand Fur miliknya.

Namun, aksesoris yang dipakai anak-anak adalah 100% (seratus persen) dibuat oleh guru dan murid-murid yang dibuat dan barang-barang bekas seperti koran, kain perca, kantong belanja, kardus, dan lain sebagainya,

Bahkan 5 anak kami memakai busana yang dibuat dan barang bekas seperti balon, dot bayi, CD, dan sebagainya.

“Inilah aktifitas daur ulang yang kami lakukan sehan-hari di sekolah, sehingga anak-anak memiliki kesadaran bahwa barang-barang bekas pun bisa digunakan kembali dan dibuat menjadi karya seni sehingga mereka akan semakin mencintai alam, tidak membuang sampah begitu saja, dan mempunyai Jiwa seni dan kreatifitas yang diasah sejak kecil,” ucap Maryati Lauw.

Salah satu hal yang tidak kalah menarik dari sekolah Alam Atelier adalah adanya kegiatan gymnastics yang disisipkan ke dalam program sehari-hari anak-anak.

Alam Atelier bekerjasama dengan sekolah gymnastics nomor satu di Singapura yaitu, Bazgym Gymnastics School.

Wen Kai, direktur dari Bazgym Singapura mengatakan bahwa, program Bazgymn selain dirancang untuk murid-murid Alam Atelier yang diintegrasikan ke dalam kurikulum mereka, program Bazgym juga terbuka untuk umum untuk usia mulai 18 (delapan belas) bulan sampai usia dewasa.

“Kamu bangga menjadi penerima penghargaan SG Club of the year untuk semua program gymnastics kami, pemenang SME500 selama 5 tahun berturut-turut, bahkan yang paling membanggakan baru-baru ini ketika Mr. Sng Puay Liang, pendiri Bazgym, dan mantan atlit gymnastics Singapura menjadi salah seorang juri di cabang gymnastics di Olimpiade Paris, Perancis,” kata Wen Kai, direktur dari Bazgym Singapura.

Wen Kai juga menambahkan, pihaknya selalu mengedepankan keselamatan pada saat mempersiapkan alat dan perlengkapan di Bazgym.

“Dengan bangga saya sampaikan bahwa Bazgym Jakarta telah dibuat dengan mengikuti standard olimpiade internasional dengan perlengkapan yang diimport secara khusus dar Perancis, Amerika, dan Cina,” ujarnya.

Menutup acara, Suprani Winata mengungkapkan rasa bahagia bersama partnernya Ibu Neeltje Sutandjati, lantaran dapat menunjukkan dengan hadirnya Alam Atelier di Indonesia.

Indonesia suatu hari nanti akan menjadi bangsa yang besar karena kita mempunyai generasi penerus yang luar biasa,” ungkapnya.

Di mana selama 17 tahun pihak Alam Atelier bergelut di pendidikan anak usia dini dan selalu berkomitmen untuk terus menghasilkan.

“Kami sudah melihat dan mendengar begitu banyak kesaksian positif dari para mantan orang tua murid. Anak-anak hasil didikan sekolah kami tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berkarakter luhur, cerdas, mandiri, dan sangat kreatif,” ungkap Suprani Winata.

Suprani Winata juga menekankan pihak Alam Atelier akan terus bekerjasama dengan para orang tua murid, dinas pendidikan, dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak bangsa.**

Tags : featured

Leave a Response