Tobatenun Dorong Inovasi Ulos Sadum dan Tumtuman Lewat Kolaborasi Desainer Kontemporer
puanpertiwi.com – Popularitas Ulos Sadum dan Ulos Tumtuman kian meningkat sebagai wastra unggulan yang tak hanya hadir dalam upacara adat, tetapi juga merambah industri mode dan gaya hidup.
Ragam eksplorasi warna, motif, serta pengembangan teknik produksi turut mendorong kedua jenis ulos ini menjadi komoditas bernilai tinggi di pasar nasional hingga internasional.
Melihat peluang tersebut, Tobatenun berkomitmen mengembangkan inovasi dalam produksi Ulos Sadum dan Ulos Tumtuman.
Para artisan tenun dilatih mengadopsi pendekatan kreatif baru, mulai dari penggunaan pewarna alami dengan rona lembut yang feminin hingga penerapan payet sebagai elemen dekoratif yang memperkaya visual ulos.
Inovasi tersebut menjadi identitas kebanggaan sekaligus bentuk adaptasi wastra tradisional terhadap kebutuhan mode masa kini.
KOLABORASI MODE DAN EKSPLORASI ESTETIKA
Pada perhelatan Mauliate, Tobatenun menghadirkan deretan kolaborasi dengan sejumlah desainer dan label yang dikenal melalui pendekatan kreatif progresif.
Desainer Rinda Salmun, yang identik dengan karya penuh eksplorasi tekstur, mempersembahkan koleksi bertema “Tao” – terinspirasi dari kemegahan Danau Toba dan lanskap sekitarnya.
Siluet, detail material, hingga komposisi warna merepresentasikan dinamika air, bebatuan, lumut, hingga kontur pegunungan yang memeluk danau.
Koleksi ini juga mengusung nilai keberlanjutan melalui pemanfaatan deadstock, limbah tekstil, hingga upcycled outerwear, sehingga menghadirkan karya yang estetis sekaligus bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Label KANTITA menyuguhkan koleksi eksklusif bertajuk ‘Sora Toba’, yang menghidupkan kembali kisah warisan budaya dalam format kontemporer.
Siluet modern dengan potongan dekonstruktif dipadukan motif Ulos Mangiring, Ulos Sigaragara Heteran, serta inspirasi arsitektur rumah tradisional Karo (Siwaluh Jabu).
Koleksi ready to wear ini menawarkan gaya yang mudah dipakai namun tetap menyimpan nilai tradisi.
Eksplorasi tenun kontemporer juga ditampilkan oleh LUNGSIN melalui aksesori tas dan dompet dengan detail Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Koleksi terbaru bertajuk Naarta menggunakan benang bicolor yang menciptakan nuansa kilau permata, serta motif terinspirasi dari Ulu Torus dan desain geometris habut khas Ulos Sigaragara Heteran mempertegas diversitas kreasi wastra Toba.
RAGAM EKSPRESI PRIA HINGGA TAMPILAN ANGGUN
Nuansa klasik-modern ditawarkan Maison Obscura besutan Nur Fatimah, yang menjelajahi dualitas antara tradisi dan ekspresi individual.
Koleksi bertailoring dipresentasikan bersama Tenun Jungkit hasil kurasi Jabu Bonang, menghadirkan dialog harmonis antara estetika maskulin kontemporer dan warisan wastra Indonesia.
Sementara itu, Studio Jeje menampilkan interpretasi feminin yang anggun melalui paduan bordir dan payet rumit buatan tangan. Siluet elegan dirangkai dari inspirasi ulos tradisi hingga teknik Jungkit pada Ulos Sadum dan Tumtuman.
Karya para artisan di balik koleksi ini menegaskan bahwa inovasi dapat tetap berakar pada nilai budaya.
Dengan kolaborasi kreatif lintas desainer dan brand, Tobatenun membuktikan bahwa ulos bukan hanya simbol adat, tetapi juga medium ekspresi mode global.
Inovasi yang diterapkan menjadi bagian penting dalam merawat sekaligus mempromosikan kekayaan budaya Danau Toba kepada dunia. ***



Post Comment
You must be logged in to post a comment.