Berawal dari pembelian 160 liter susu segar dari sebuah koperasi di Pujon, Malang, kemitraan tersebut perlahan tumbuh menjadi ekosistem persusuan yang melibatkan lebih dari 13.000 peternak dari 28 koperasi di Jawa Timur. Fokus awal pada peningkatan kualitas dan produktivitas susu diperkuat dengan pelatihan teknis, dukungan peralatan, serta penguatan kelembagaan koperasi.
Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia, Georgios Badaro, menyebut perjalanan lima dekade ini sebagai proses belajar bersama antara perusahaan dan komunitas peternak. Menurutnya, pertumbuhan industri tidak bisa dilepaskan dari kemajuan masyarakat di sekitarnya. Kolaborasi dengan peternak, koperasi, serta pemerintah pusat dan daerah menjadi fondasi penting dalam membangun ketahanan sektor persusuan di Jawa Timur.
Apresiasi terhadap kemitraan jangka panjang ini juga datang dari pemerintah. Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian RI, Dr. drh. I Ketut Wirata, menilai kolaborasi tersebut sebagai contoh sinergi strategis yang mampu menjawab tantangan industri susu nasional, mulai dari ketersediaan bahan baku hingga mutu dan keamanan pangan. Ia menekankan pentingnya penguatan peternakan rakyat dan koperasi sebagai bagian dari upaya mewujudkan sistem persusuan nasional yang berkelanjutan.
Di sisi lain, penguatan industri persusuan juga dipandang sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan nasional. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Produk Peternakan Kemenko Bidang Pangan RI, Karsan, menyampaikan bahwa masa depan industri susu Indonesia sangat ditentukan oleh peningkatan kapasitas peternak, investasi industri dalam negeri, serta kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, swasembada susu nasional hanya dapat tercapai jika seluruh pemangku kepentingan berjalan dalam visi yang sama.
Transformasi di tingkat hulu turut didorong melalui pemanfaatan teknologi. Digitalisasi pos penampungan susu dan penggunaan fasilitas pendingin menjadi salah satu langkah untuk menjaga kualitas susu segar. Upaya ini, sebagaimana disampaikan Kementerian Perindustrian, telah melibatkan ribuan peternak di Jawa Barat dan Jawa Timur, sekaligus memperkuat rantai pasok bahan baku dalam negeri.

Lebih jauh, kemitraan ini juga berkembang ke arah praktik pertanian regeneratif. Melalui pemanfaatan biogas, pengelolaan limbah ternak, penanaman pohon legum, serta konservasi air dan tanah, pendekatan keberlanjutan mulai terintegrasi dalam aktivitas peternakan sapi perah rakyat. Inisiatif-inisiatif tersebut tidak hanya berorientasi pada produktivitas, tetapi juga pada keberlangsungan lingkungan dan kesejahteraan komunitas.
Selama hampir lima dekade, kemitraan antara peternak sapi perah rakyat, pemerintah, dan sektor industri telah menunjukkan bahwa pembangunan sektor persusuan tidak dapat dilakukan secara parsial. Momentum 50 tahun ini menjadi pengingat bahwa kolaborasi yang konsisten dan inklusif dapat menjadi fondasi kuat bagi industri persusuan nasional yang tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. ***
Post Comment
You must be logged in to post a comment.