Wulan Guritno Tanggalkan Makeup, Tampilkan Luka & Keberanian Lewat Kampanye “Insecurity Uncovered”

puanpertiwi.com – Di tengah sorotan publik yang kerap menuntut kesempurnaan dari figur perempuan, Wulan Guritno memilih jalan berbeda. Setelah dikenal sebagai ikon sensualitas dan pesona awet muda di layar kaca, aktris 44 tahun ini tampil mengejutkan publik—bukan lewat peran glamor, melainkan lewat keberaniannya menampilkan wajah tanpa riasan di hadapan media dan sahabat terdekat.

Momen itu terjadi saat peluncuran kampanye “Insecurity Uncovered” bersama ZAP Premiere di Four Seasons Jakarta, tepat ketika matahari terbenam. Di hadapan hadirin, Wulan perlahan menghapus makeup-nya—sebuah simbol kejujuran dan penerimaan diri. “Saya sudah menjalani banyak perawatan, tapi kenyataannya, acne scar tidak bisa 100% hilang. Dan itu bukan kegagalan, itu realita,” ujarnya tenang.

Alih-alih tersinggung atas komentar publik soal kondisi kulitnya di film Norma, Wulan justru menanggapinya dengan empati. “Saya baca semuanya. Bahkan komentar yang paling pedas pun saya hargai. Karena dari situ, saya tahu banyak orang sebenarnya peduli,” katanya. Baginya, perjalanan menerima diri adalah proses yang layak dibagikan—bukan disembunyikan.

Lewat kampanye ini, Wulan tak hanya berbicara soal kulit, tapi juga soal keberanian menghadapi luka batin dan tekanan sosial. Bersama ZAP Premiere, ia memperkenalkan dua inisiatif utama:

  • Mini series dokumenter berjudul Insecurity Uncovered, yang menampilkan proses penyembuhannya tanpa skrip dan tanpa makeup, tayang setiap Rabu di Instagram & TikTok @zappremiere.

  • Program perawatan “Wulan’s Acne Scars Healing Series”, yang kini dibuka untuk publik agar siapa pun bisa mengalami pemulihan nyata seperti dirinya.

Menurut ZAP Beauty Index 2024, sebanyak 48,8% wanita milenial di Indonesia menganggap bekas jerawat sebagai masalah kulit utama—bahkan lebih tinggi dari tanda penuaan. Fakta ini menjadi dasar kuat di balik kampanye Wulan, yang menekankan bahwa penyembuhan kulit dan kepercayaan diri berjalan beriringan.

“Scar healing bukan sekadar tindakan, tapi juga proses emosional,” jelas dr. Dara Ayuningtyas, VP Medical ZAP Group. “Kami tidak menjual mimpi instan, tapi menawarkan strategi medis realistis yang menyesuaikan kondisi tiap individu.”

Selama lima bulan, Wulan menjalani lima sesi intensif perawatan yang mencakup facial, microneedling, laser fractional, PRP serum, hingga Sofwave dan Juvederm Volite. Hasilnya, kondisi kulitnya membaik hingga 70%. Namun yang paling berharga, menurut Wulan, adalah perubahan cara pandangnya terhadap diri sendiri.

“Dulu saya pernah benci melihat cermin,” akunya. “Tapi sekarang saya sadar, healing feels better together.”

Melalui gerakan digital #HealingFeelsBetterTogether, Wulan juga membentuk komunitas Acne Healing Circle, ruang aman bagi para “acne fighter” untuk saling berbagi kisah dan dukungan.

Lebih dari sekadar transformasi wajah, kampanye ini menjadi refleksi diri yang dalam: bahwa keberanian sejati bukan tentang tampil sempurna, melainkan berani menunjukkan siapa kita sebenarnya—dengan segala luka, perjalanan, dan proses penyembuhan di dalamnya. ***

Post Comment