One B Ethnic Fashion Week 2025: Fashion untuk Kesetaraan dan Cinta Budaya
puanpertiwi.com – Di tengah maraknya isu perundungan dan diskriminasi, One B Ethnic Fashion Week 2025 menghadirkan cara yang lembut namun berani untuk melawan: lewat fashion dan seni.
Acara yang digagas oleh Anggalang by Omar bersama komunitas desainer dan aktivis wastra ini menjadi panggung bagi anak-anak, penyintas, dan individu istimewa untuk bersuara tanpa kata — melalui kain, warna, dan langkah penuh percaya diri.
Omar, selaku inisiator acara mengatakan, panggung ini bukan sekadar ajang mode, melainkan ruang aman untuk belajar menghargai perbedaan dan menolak segala bentuk perundungan sejak dini.
“Fashion bukan cuma tentang gaya, tapi tentang nilai dan cerita yang kita bawa di setiap helai kain,” ujar Omar, membuka sambutan dengan nada hangat, Rabu, 22 Oktober 2025, di Jakarta.
“Memasuki tahun keduanya, acara ini mengajak seluruh pemuda dan pemudi Indonesia untuk tampil percaya diri mengekspresikan diri lewat fashion runway dan talent contest bertema Nusantara. Kami juga ingin mendukung para pelaku UMKM dan desainer wastra tanah air seperti Nasya Collyer dan Arsita dari Arsita Craft,” lanjutnya.
Acara yang digelar pada 18 dan 22 Oktober 2025 ini diikuti peserta dari berbagai kategori , mulai dari anak-anak usia lima tahun hingga dewasa tanpa batas usia.
Equal: Semua Anak Sama Berharganya
Dengan mengusung tema besar ‘Equal’, One B Ethnic Fashion Week 2025 menegaskan satu pesan kuat: setiap anak memiliki nilai yang sama.
“Tahun ini istimewa karena kami melibatkan peserta difabel sebagai bagian penuh dari acara, bukan sekadar pelengkap. Kami percaya setiap orang berhak mendapat kesempatan yang sama untuk berkarya,” ujar Omar tegas.
Langkah inklusif ini membawa angin segar bagi dunia fashion Indonesia yang sering kali hanya menyorot kesempurnaan visual.
Di sini, anak-anak difabel, penyintas, hingga mereka yang tidak memiliki kewarganegaraan tampil di panggung yang sama, bukan sebagai objek empati, melainkan seniman kecil yang bangga pada dirinya.
“Ketika mereka berdiri di panggung dan tersenyum, itu bukan hanya kemenangan pribadi, tapi kemenangan kemanusiaan,”
tambah Omar.
Anti-Bullying Lewat Seni
Melalui konsep edutainment, perpaduan antara edukasi dan hiburan, anak-anak belajar sopan santun, menghormati sesama, serta menumbuhkan kebanggaan terhadap budaya sendiri.
“Kami ingin anak-anak belajar saling menghargai, mencintai, dan tidak takut berbeda,” kata Omar.
Pesan anti-bullying itu dijahit rapi dalam setiap aktivitas, mulai dari latihan tari hingga sesi rancang busana.
Anak-anak diajak melihat perbedaan bukan sebagai jarak, melainkan warna yang memperindah kehidupan.
Wastra Nusantara, Bahasa Tanpa Batas
Setiap kain yang tampil di panggung membawa cerita: batik, songket, ulos, tapis, hingga lurik, semuanya dipadukan dengan sentuhan modern tanpa kehilangan napas tradisi.
“Orang Barat punya piyama, kita punya daster, itu budaya kita, jangan malu,” ujar Omar.
Bagi Omar, busana bukan sekadar karya estetika, melainkan medium untuk menjaga martabat budaya Indonesia di tengah gempuran tren global.
One B Ethnic Fashion Week 2025 juga menolak segala bentuk batas sosial dan nasionalitas.
Panggung ini terbuka untuk siapa pun, tanpa memandang asal, warna kulit, atau latar budaya.
“Indonesia butuh kesamarataan, butuh toleransi. Diversity for unity — kalau bukan kita yang mulai sekarang, siapa lagi?” kata Omar menegaskan.
Bagi Omar, diversity for unity bukan sekadar slogan, tapi sikap hidup.
Keberagaman bukan hal yang harus diseragamkan, melainkan dirayakan bersama.
Uniknya, acara ini digelar tanpa sponsor besar dan tanpa dukungan pemerintah.
Semua berjalan berkat gotong royong para desainer dan keluarga peserta.
“Sponsornya kami sendiri, dari desainer, oleh desainer, untuk desainer,” tutur Omar bangga.
Bagi mereka, bayaran tertinggi bukan uang, melainkan senyum tulus anak-anak yang tampil di panggung.
Dengan semangat Equal, Empower, Embrace, One B Ethnic Fashion Week 2025 menjadi bukti bahwa kain tradisi bisa menjahit nilai-nilai kemanusiaan.
Dari panggung kecil, lahirlah pesan besar: bahwa fashion bisa menjadi bahasa universal untuk cinta, kesetaraan, dan kebanggaan akan budaya sendiri. ***



Post Comment
You must be logged in to post a comment.