Pusat Perawatan IBD Kini Hadir di Indonesia, RS Abdi Waluyo Tawarkan Perawatan Terpadu

puanpertiwi.com – Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) adalah penyakit autoimun kronis yang menyerang sistem pencernaan.

Jika tidak ditangani dengan tepat, IBD bisa menimbulkan komplikasi serius seperti penggumpalan darah, peradangan pada kulit, mata, sendi, hingga berisiko menyebabkan kematian.

Menyadari dampaknya yang besar terhadap kualitas hidup, RS Abdi Waluyo menjadikan IBD sebagai fokus utama dan menghadirkan IBD Center pertama di Indonesia, pusat perawatan khusus yang menangani IBD secara menyeluruh.

IBD sendiri terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang usus kecil dan besar, menyebabkan peradangan berulang akibat respons imun yang tidak normal terhadap mikroflora usus.

Pendiri utama RSAW dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP menyatakan, sejak berdiri pada tahun 1984 hingga hari ini, rumah sakit ini tumbuh dengan semangat, visi, dan dedikasi yang tak pernah berubah untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.

“Kami terus berusaha membuktikan RSAW mampu memenuhi standar pelayanan yang dijanjikan kepada masyarakat, salah satunya dengan menghadirkan IBD Center untuk meningkatkan perawatan dan hasil yang baik untuk pasien,” ungkap Pendiri utama RSAW dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP.

dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP melanjutkan bahwa, RS Abdi Waluyo berkomitmen terhadap kesehatan pasien dengan meningkatkan kesadaran pasien terkait penyakit radang usus (IBD) di Indonesia, menyediakan akses bagi pengobatan inovatif, serta bermitra dengan asosiasi medis untuk meningkatkan pengetahuan, diagnostik, dan tatalaksana.

“Hal ini menjadi dasar bagi kami membangun IBD Center, untuk meningkatkan perawatan dan hasil yang baik untuk pasien,” ujar dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP.

Sebagai pionir IBD Center di Indonesia, RS Abdi Waluyo tidak hanya menghadirkan layanan medis terbaik, tetapi juga mengemban warisan penting dari para tokoh yang telah berkontribusi dalam pengembangannya.

Khususnya Prof. dr. Marcellus Simadibrata, SpPD-KGEH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Gastroenterologi Hepatologi RS Abdi Waluyo, yang memiliki peran sentral dalam membangun dan membesarkan IBD Center hingga menjadi pusat layanan unggulan dan terpercaya seperti saat ini.

Sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi beliau, RS Abdi Waluyo berkomitmen untuk meneruskan nilai, semangat, dan keilmuan yang telah beliau tanamkan.

Kedepannya, IBD Center RS Abdi Waluyo akan berkolaborasi dengan R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center, suatu pusat pelayanan tim disiplin RS Abdi Waluyo di bidang kesehatan saluran pencernaan. Hal ini sebagai simbol penghargaan untuk terus melanjutkan visi beliau dalam memberikan layanan terbaik bagi pasien.

R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center sendiri dirancang untuk mengatasi berbagai keluhan sistem pencernaan.

Dengan didukung oleh Tim Dokter Spesialis Multidisiplin serta teknologi terkini, R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center akan menangani berbagai masalah saluran pencernaan meliputi gangguan pada pencernaan bagian atas, pencernaan bagian bawah, permasalahan organ hati, empedu, dan pankreas.

Selain itu, R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center juga didukung oleh sistem screening dan diagnostik menggunakan teknologi terpercaya seperti endoskopi, ultrasound (USG), CT scan (Computed Tomography), dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Untuk mendukung kebutuhan pasien, fasilitas ini juga dilengkapi dengan layanan terapi untuk menangani berbagai kondisi pada saluran pencernaan secara komprehensif.

Pada kesempatan yang sama, Prof. dr. Marcellus Simadibrata, PhD, Sp.PD-KGEH, FACG, FASGE, FINASIM, menegaskan pentingnya perhatian terhadap penyakit radang usus (IBD).

“Di RS Abdi Waluyo kami memandang bahwa penyakit radang usus (IBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu perhatian khusus karena bisa memberi dampak negatif bagi pasiennya. Oleh sebab itu, dari berbagai penyakit saluran cerna yang ada, kami menjadikan IBD sebagai fokus utama dan membangun IBD Center yang pertama di Indonesia,” jelas Prof. dr. Marcellus Simadibrata, PhD, Sp.PD-KGEH, FACG, FASGE, FINASIM.

“Kami menghadirkan pusat khusus yang memberikan serangkaian layanan terpadu oleh dokter-dokter spesialis dan subspesialis dari berbagai bidang, di antaranya pelayanan spesialisasi gastroenterologi, bedah digestif, nutrisi, perawatan psikososial, dan pelayanan lainnya,” tambahnya.

Salah satu yang menjadi motivasi RS Abdi Waluyo untuk fokus adalah karena sampai saat ini kesadaran masyarakat masih rendah terhadap penyakit radang usus.

Hal ini karena gejala umum dari penyakit tersebut adalah diare, di mana masyarakat masih sulit membedakan diare biasa dengan diare yang mengarah pada radang usus.

Penyakit radang usus umumnya didiagnosis pada usia dewasa muda, yang kemudian bisa berdampak pada produktivitas kerja.

Global Burden of Disease, Injuries, and Risk Factor Study (GBD) melibatkan 195 negara dari tahun 1990 hingga 2017 menunjukkan peningkatan jumlah penderita IBD dari 3,7 juta menjadi 6,8 juta orang³.

Pasien dengan IBD memiliki angka mortalitas 17.1 per 1000 orang per tahun, dibandingkan dengan kelompok kontrol 12.3 per 1000 orang per tahun.

Penyakit radang usus sendiri terbagi menjadi 3 tipe, yaitu Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD), dan kini terdapat juga tipe yang lain dari IBD, yaitu Colitis Indeterminate (Unclassified).

“Pada UC, penderitanya bisa mengalami toxic megalocon (pembengkakan usus besar yang beracun), perforated colon (lubang pada usus besar), dehidrasi berat dan meningkatkan risiko Kanker Usus Besar,” jelas Prof. Marcel.

Prof. Marcel juga mengatakan, pada CD, penderitanya bisa mengalami obstruksi saluran usus, malnutrisi, fistula, dan fissura anal (robekan pada jaringan anus).

“Jika kedua jenis ini dibiarkan, keduanya bisa menciptakan komplikasi seperti: penggumpalan darah, radang kulit, mata, dan sendi, serta komplikasi lainnya,” ungkap Prof. Marcel.

Diagnosis penyakit radang usus dibuat berdasarkan keluhan pasien seperti nyeri perut berulang, perubahan pola buang air besar, buang air besar berdarah, serta penurunan berat badan, ditambah dengan pemeriksaan fisik dan penunjang.

Prof. Marcel menjelaskan, pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan di antaranya adalah pemeriksaan feses, darah, radiologi (CT scan dan MRI abdomen sesuai indikasi), dan endoskopi saluran cerna.

“Pasien yang sudah didiagnosis penyakit radang usus akan kemudian dinilai tingkat keparahan penyakitnya menggunakan sistem skoring,” papar Prof. Marcel.

Tatalaksana penyakit IBD, jelasnya, umumnya menggunakan terapi obat (tablet dan injeksi), namun pada beberapa keadaan diperlukan tindakan operasi/pembedahan atau bahkan dilakukan tatalaksana dengan kombinasi obat-obatan dan pembedahan.

Beberapa jenis vaksinasi direkomendasikan juga bagi pasien IBD sebagai bentuk pencegahan infeksi.

IBD yang kronis mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat bagian saluran pencernaan yang rusak.

“Pada dasarnya penyakit ini memiliki tingkat kesulitan yang beragam sehingga diperlukan kerjasama multidisiplin. IBD center RS Abdi Waluyo memberikan serangkaian layanan terpadu oleh dokter-dokter spesialis dan subspesialis dari berbagai bidang,” kata Prof. Marcel.

“Kekuatan IBD Center kami ada pada pelayanan holistik, di antaranya: konsultasi awal, penilaian profil risiko dan potensi komplikasi pada perjalanan penyakit IBD, penilaian pola makan oleh dokter spesailis gizi klinik, dukungan psikologis, tinjauan pengobatan terkini, penilaian kesehatan preventif tahunan, serta pemantauan penyakit yang berkelanjutan,” jelas Prof. Marcel.

Menurut Prof. Marcel, pemberian layanan pasien secara personal, multidisiplin, dan komprehensif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit IBD.

la juga menambahkan, visi dari IBD Center RS Abdi Waluyo adalah melakukan sosialsasi mengenai IBD di seluruh Indonesia.

Serta, melakukan peningkatan pendidikan para dokter dan masyarakat, meningkatkan ketepatan diagnosis, dan penatalaksanaan IBD khususnya di Indonesia.

Lebih lanjut, sebagai bentuk komitmen untuk terus menghadirkan layanan medis terbaik, IBD Center juga aktif dalam memperluas koneksi serta membuka peluang inovasi dan kolaborasi di bidang kesehatan.

Prof. Marcel menyebutkan bahwa salah satu komitmen ini diwujudkan dengan terjalinnya kerja sama dengan University of Chicago.

“Kami juga berbangga karena hingga saat ini, kami bermitra dengan University of Chicago, (exchanging knowledge) yang merupakan pusat riset IBD terkemuka di dunia, khususnya untuk kasus-kasus IBD yang seringkali kompleks dan berat. Kami kerap melakukan diskusi untuk kasus sulit, kerja sama symposium, dan sesi mini lecture,” kata Prof. Marcel.

“Kerjasama ini sudah dirintis sejak tahun 2023 dan tetap berlanjut hingga saat ini, serta diharapkan mampu membawa wawasan dan inovasi internasional di setiap kasus yang kami tangani,” jelasnya.

Sebagai bagian dari kolaborasi tersebut, RS Abdi Waluyo menyelenggarakan webinar ilmiah khusus dokter dengan topik Manifestasi Ekstraintestinal pada Penyakit Radang Usus (IBD) pada tanggal 25 Juli 2025 dan Terapi Agen Biologik untuk Penyakit Radang Usus (IBD) pada tanggal 29 Agustus 2025.

Webinar ini dibuka untuk umum kepada semua dokter secara gratis, serta sudah disetujui oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sebagai webinar ilmiah ber-SKP via Plataran Sehat.

Webinar ini ditujukan sebagai sarana edukasi dan pembaruan pengetahuan bagi para tenaga medis seputar penyakit radang usus.

Tidak ketinggalan untuk para pasien dan peserta awam, IBD Center RS Abdi Waluyo juga akan mengadakan Webinar Awam dengan tema ‘Mengenal Lebih Dekat Penyakit Radang Usus (IBD)’ pada 29 Agustus 2025, yang ditujukan untuk edukasi kepada masyarakat awam mengenai diagnosis dan terapi penyakit radang usus.

Tentunya juga, acara-acara ini menjadi wujud nyata komitmen RS Abdi Waluyo dalam berkontribusi terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan, khususnya dalam bidang gastroenterologi.

Bentuk komitmen RS Abdi Waluyo dalam mengembangkan layanan penyakit radang usus (Inflammatory Bowel Disease/IBD) secara komprehensif juga telah membuahkan berbagai pengakuan bergengsi di tingkat nasional maupun internasional.

RS AW kini menjadi bagian dari sejumlah asosiasi profesional dan komunitas ilmiah yang relevan di bidang IBD, yang terdiri dari GENIUS (Gastroenterology Network International for Ulcerative Colitis and Crohn’s Disease), IBUS (International Bowel Ultrasound Group), ECCO (European Crohn’s and Colitis Organisation), dan Industrial Ultrasound Collaboration.***

 

Post Comment