Story

Xi Shi, Mata-Mata Cantik Penghancur Kekaisaran Wu

puanpertiwi.com – Kecantikan perempuan acap kali bisa menjadi malapetaka paling fatal. Bahkan sanggup membuat sebuah kerajaan hancur lebur.

Itu yang terjadi pada dinasti Wu. Adalah Xi Shi, nama asli dari Shi Yiguang, mata-mata cantik yang mampu meruntuhkan kekasisaran Wu.

Ayah Shi adalah pedagang teh. Namun, (lada pula yang menyebutkan ayahnya adalah penebang kayu di Zhuji, ibukota negara Yue.

Sejumlah sumber literatur menyebutkan Xi Shi tinggal di Gunung Zhuluo di bagian barat desa Huansha.

Situasi Kerajaan Wu

“Pada 2.500 tahun yang lalu, Dinasti Zhou secara bertahap kehilangan kendali atas kerajaan-kerajaan kecil yang ada di wilayahnya,” tulis Amy Tikkanen di laman Britannica.

Beberapa penguasa yang ambisius, seperti Xiaobai dan Ji Chonger, memperkuat dan memperluas wilayah mereka melalui perang aneksasi. Itu membuat kekuasaan dan wilayah terus berpindah di antara penguasa-penguasa.

Beberapa dekade kemudian, Wu menjadi kerajaan yang kuat dan besar. Semua itu terjadi berkat bantuan perdana menteri cakap Wu Zixu dan sahabatnya Sun Tzu (penulis kondang Art of War).

Sayangnya, ketika Raja Wu memimpin pasukannya berperang melawan Yue, dia terluka dan meninggal dunia.

Putra mahkotanya Fu Chai, seorang raja pemberani dan ambisius, mewarisi takhta.

Pada tahun 494 Sebelum Masehi, dua tahun setelah ayahnya meninggal, Fu Chai mengalahkan Yue. Balas dendam untuk ayahnya terbayar.

Hal ini berkat bantuan , Sun Tzu dan Wu Zixu.

Setelah sukses besar ini, Raja Fu Chai terus berkembang dalam beberapa dekade berikutnya.

Taktik Kaisar Yue Melawan Wu

Setelah kalah, Gou Jian, Raja Yue melakukan gencatan senjata.

Dia mengirimkan upeti besar kepada para bangsawan dan menteri Wu. Raja Yue bahkan dengan sukarela menjadi pelayan Raja Fu Chai selama bertahun-tahun.

Gou Jian tetap berhati-hati dan rendah hati selama masa pengabdiannya. Ia menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Raja Fu Chai.

Lambat laun, Raja Fu Chai dan banyak pejabat di Kerajaan Wu percaya bahwa Gou Jian yang dilihat benar-benar menyerah. Maka mereka pun memulangkannya kembali ke Kerajaan Yue.

Setelah Gou Jian kembali, dia menerapkan serangkaian kebijakan untuk meningkatkan populasi rakyatnya dan mengembangkan pertanian.

Sementara itu, Gou Jian terus mengonsumsi makanan terburuk dan tidur di ranjang kayu yang keras. Meski ia adalah raja, Gou Jian berpartisipasi dalam aktivitas produktif. Dia melakukan semua yang dia bisa untuk tetap waspada dan mengingatkan dirinya sendiri akan kekalahannya dalam perang itu. Gou Jin ingin membalas dendam.

Yue menjadi lebih makmur dan pasukannya jauh lebih kuat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Gou Jian juga terus memberikan penghormatan kepada Raja Wu sambil menyuap para pejabat Wu.

Memanfaatkan Mata-Mata Cantik

Akhirnya, pada tahun 484 Sebelum Masehi, perdana menteri Wu Zixu yang berwawasan luas dijebak dan akhirnya bunuh diri. Sun Tzu pun akhirnya mengundurkan diri dan hidup dalam pengasingan.

Yue juga melatih beberapa perempuan cantik dan mengirim mereka ke Kaisar Wu untuk merayu dan mengalihkan perhatiannya. Mata-mata yang dikirim adalah Xi Shi.

Sebelumnya Xi Shi diajari menyanyi, menari, perilaku anggun, dan etiket selama 3 tahun.

Kaisar Fu Chai langsung tertarik dan terlena oleh kecantikan, bakat, dan kelembutannya setelah melihat Xi Shi.

Sang raja yang jatuh cinta pada Xi Shi terus menemaninya dan secara bertahap mulai melupakan tugas-tugas kerajaan.

Perang Terakhir Kerajaan Wu dan Yue

Beberapa dekade kemudian, ketika Raja Wu konflik dengan penguasa di utara, Gou Jian menyerang Wu. Saat itu, ia berhasil menangkap putra mahkota Wu.

Pada tahun 473 Sebelum Masehi, Gou Jian akhirnya mengalahkan pasukan Fu Chai dan menduduki ibu kota Wu.

Hal ini juga berkat jasa Xi Shi, mata-mata cantik dari Yue yang membuat Fu Chai lalai.

Fu Chai, raja ambisius dari sebuah kerajaan besar, akhirnya bunuh diri. Kerajaan Wu pun runtuh setelah ditinggalkan Rajanya yang berprestasi. ***

Tags : featured

Leave a Response