Culture

Wow! Inggris Raya Punya Perdana Menteri Urusi Warga Kesepian

Puanpertiwi.com– Jika Anda kesepian dan frustasi ketika berada di Inggris, Anda enggak perlu risau. Karena di Inggris Ada jabatan menteri baru dan posisinya cukup unik karena mengurusi warga yang kesepian.

Perdana Menteri Inggris Theresa May menunjuk Tracey Crouch, Menteri Olahraga dan Komunitas Sipil, untuk memimpin kelompok antardepartemen menciptakan kebijakan yang terkait dengan Anda”masalah kesepian”.

Hal tersebut di buat atas dasar Lebih dari 9 juta orang di Inggris Raya dilaporkan sering atau selalu merasa kesepian. Padahal, berbagai penelitian menyimpulkan bahwa kesepian dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Salah satu studi tahun 2015 menyebutkan, perasaan kesepian akan meningkatkan risiko seseorang jatuh sakit. Ini karena kesepian kronik akan memicu perubahan sel sehingga kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus berkurang.

Kesepian memang tidak bisa dianggap enteng. Para ahli bahkan bisa meningkatkan kemungkinan mati lebih cepat sampai 26 persen.

Orang yang kesepian juga membuat sistem kesehatan harus kerja keras. Buktinya, menurut studi tahun 2010, orang yang kesepian juga berkunjung ke rumah sakit saat hari libur walau mereka sebenarnya sehat.
PM May menyebut kesepian sebagai realitas menyedihkan dalam kehidupan modern.

“Saya ingin menghadapi tantangan ini untuk masyarakat dan kita semua harus mengambil langkah dalam menghadapi rasa kesepian yang dirasakan para orang tua, mereka yang kehilangan anggota keluarga, atau sekadar orang yang tak punya kawan bicara,” ujar PM May.

Diperkirakan 2 juta warga berusia 75 tahun ke atas di seluruh Inggris tinggal sendirian. Para manula ini bisa berhari-hari bahkan hingga beberapa pekan tak mengalami interaksi sosial sama sekali.
Menteri urusan kesepian bukan satu-satunya posisi yang berkaitan dengan perasaan. Dalam beberapa tahun terakhir, di beberapa negara seperti Uni Emirate Arab dan India, ada posisi menteri kebahagiaan. Bagaimana dengan Indonesia?
Reporter : Ranov

Leave a Response