Culture

Diraba-Raba Dan Dilecehan Perempuan China Bangkit Melawan Pelecehan Seksual !

Puanpertiwi.com – Gerakan perempuan global yang menentang pelecehan seksual #MeToo, mulai merambah China.

Sejumlah perempuan China yang mengalami pelecehan seksual, menceritakan, bahwa ketika melaporkan pelecehan tersebut, maka selalu saja terhalang. Dihalangi oleh keluarga karena malu, atau kelambanan polisi, dan tekanan dari lingkungan agar membiarkan saja atau tutup mulut.

Xu Yalu, 28 tahun, mengalami pelecehan seksual di depan umum oleh pria tua yang sama tiga kali selama empat tahun bekerja di Jingansi. Itu adalah salah satu distrik bisnis mewah di Shanghai. Alih-alih mengurus, polisi malah mengatakan padanya bahwa mereka tidak bisa bertindak apa-apa untuk menindak pra tersebut.
“Setiap kali saya lapor, polisi bilang bahwa pria tadi terlalu tua untuk ditahan. Atau karena dia tidak dapat menahan diri karena kondisi neurologisnya,” kata Xu kepada SCMP.

Terinspirasi oleh gerakan #MeToo global, dia mengunggah sebuah artikel di WeChat pada November kemarin, yang merinci bagaimana dia diraba-raba oleh pria tua tersebut pada tahun 2013, 2014 dan 2015. Artikel yang beredar dua hari tersebut dilihat lebih dari 1,19 juta kali, menerima lebih dari 17.000 like dan hampir 9.000 komentar, sebelum dihapus oleh sensor Chin.

Banyak komentar mengatakan bahwa dia pasti sengaja menggodanya. Sementara yang lainnya bertanya apakah dia mengenakan pakaian yang terbuka. Tapi saat dia menggali tumpukan komentar menyakitkan itu, Xu menemukan akun lebih dari 100 wanita yang mengaku mengalami pelecehan oleh orang yang sama.
Bahkan melibatkan korban yang baru berusia 14 tahun.

Perempuan tersebut menceriterakan bagaimana dia melawan dan menyudutkannya di lokasi tersebut. Itu terjadi saat pria tadi mengulang perbuatannya untuk yang ketiga kalinya.

“Itu hari Minggu, lalu orang-orang mendatangi, kebanyakan pria berusia 50-an. Mereka meminta saya untuk membiarkan pria itu pergi, sesuai dengan kebajikan menghormati orang tua dan memaafkan orang lain,” katanya. “Saya kemudian berkata pada mereka: ‘Bagaimana jika ini terjadi pada putri Anda sendiri, apakah Anda akan membiarkannya pergi?’ Orang-orang terdiam.”

Huang Xueqin, 29, seorang wartawan di sebuah kantor berita milik negara namun berhenti setelah atasannya mencoba memaksanya ke kamarnya. Huang mengumumkan pengalaman pelecehan seksual tersebut tahun lalu. Dan ia merupakan salah satu perempuan pertama di China yang mendukung gerakan #MeToo tahun ini.

Dia sekarang melakukan survei terhadap jurnalis wanita di China untuk mengetahui tingkat pelecehan seksual di media. Ternyata lebih dari 250 wartawati yang disurvei, lebih dari 80 persen mengatakan mereka telah dilecehkan secara seksual. Sebagian besar korban terpaksa diam, sementara 3,3 persen mengundurkan diri dan kurang dari 1 persen mengajukan pengaduan ke polisi.

“Saya tahu saya telah membuka pintu air,” kata Huang. “Wartawan seharusnya menjadi pendukung yang lebih cerdas dan terampil dibanding perempuan lain. Jika mereka tidak tahu bagaimana caranya mengungkap pelecehan yang mereka terima sendiri, bagaimana dengan perempuan-perempuan lainnya?”

Huang telah mendirikan platform media sosial, Anti Sexual Harassment (Anti Pelecehan Seksual) untuk memberi arahan pada kaum perempuan bagaimana melindungi diri mereka sendiri, bagaimana mengumpulkan bukti dan bagaimana menghadapi menghadapi pelaku srta membantu mereka ke ranah hukum. Bagaimana di Indonesia? (YW)

Leave a Response