CultureFashion

Desainer Gregorius Vici Berdayakan Pengrajin Sebagai Support System

Jakarta, puanpertiwi.com –  Gregorius Vici mengawali karirnya sebagai desainer fashion sejak tahun 1989
sejak masih Kuliah di FISIP UNDIP & IKIP Tata Busana. Sejak awal berkarya ia sudah fokus merancang private custom, dengan brand “Gregorius Vici”.

Di tahun 2000 mulai memiliki team dan memulai bisnis pembuatan Seragam Perusahaan dan membuka Butik Ready to Wear. Ia menuangkan imajinasinya yang tak terbatas kedalam adibusana yang bergaya avant garde.

Mengikuti berbagai ajang lomba dan Fashion Show secara konsisten sejak tahun 1996, Ia hadir dengan karya yang berani tampil beda. Sebut saja, mulai dari menabrakkan warna, memadukan kain-kain secara eksperimental, menggabungkan dua atau lebih style yang berbeda, hingga mendekonstruksi pola busana.

Ciri khas avant garde dari karya-karya Vici tak hanya mengacu pada gaya estetik kontemporer, tapi juga versatile. Sebuah busana bisa menjadi outfit pesta, formal, dan non-formal. Tergantung tingkat kreativitas untuk memadu padankannya.

Karya-karya Gregorius Vici telah mewarnai beragam panggung fesyen show Tanah Air. Pencapaian yang telah diraih diantaranya menjadi Official Desiginer Putri Indonesia 2008-2010, sejak 2013 (hingga 2019), karyanya telah menghiasi panggung International Fashion Week di beberapa negara, Mulai tahun 2004 sampai sekarang karya Gregorius Vici kerap kali menghiasi Media Cetak Indonesia.

Selain menciptakan adibusana lewat brand “Gregorius Vici”, ia mulai mengeluarkan lini kedua untuk koleksi ready to wear deluxe lewat “V+” (2013). Lalu disusul lini ketiga yang lebih ‘membumi’, yakni “Pitu” pada 2015. Pitu merupakan koleksi ready to wear yang jauh lebih kasual dibandingkan V+.

Disela-sela kesibukannya sebagai desainer fashion, Vici juga kerap menjadi nara sumber di
berbagai televisi, radio, serta menjadi juri pada beberapa event fashion. Gregorius Vici, sejak tahun 2000 berawal dari 2 orang karyawan dan sekarang telah mempekerjakan 25 orang karyawan, yang terdiri dari Kepala Keluarga, Janda, Difabel, Putus Sekolah. Memberdayakan Pengrajin Batik, Pengrajin Sepatu dan Accessories, Konveksi, Pekerja lepas Ibu Rumah Tangga dan Janda. Ini merupakan komitmennya sebagai desainer dan pengusaha tetap konsisten mempertahankan dampak sosial masyarakat sekitar sebagai support system dalam usaha.

Sustainable Fashion Dengan usaha yang lekat dengan bahan baku kain, sehingga limbah bahan baku saat ini menjadi konsentrasi Vici untuk dapat di manfaatkan menjadi suatu produk fashion baru yang memiliki nilai ekonomis. Menjalankan prinsip berkelanjutan atau saat ini dikenal dengan “sustainable concept”, yang tidak cuma diberlakukan dalam berkarya, tapi juga bisnisnya.

Leave a Response