CultureFashion

Tips Dan Trik Desainer Phillip Iswardono Untuk Tetap Berkarya Di Masa Pandemi

Jakarta, puanpertiwi.com- Adanya Pandemi covid-19 yang meluas sampai diseluruh dunia tentunya pukulan berat untuk semua aspek bisnis termasuk bisnis di sector industry kreatif khususnya dibidang fashion, tentunya hal tersebut berdampak ke sektor ekonomi baik nasional maupun global, namun tentunya hal itu tidak bisa dipukul rata bahwa pandemic covid-19 berdampak negative bagi semua pelaku bisnis. Dampak positive juga perlu dibagi dan diinformasikan untuk menjadi motifasi maupun menjadi contoh positif dan bisa menginspirasi bagi banyak orang. Karena hal tersebut akhirny mendorong seorang desainer Phillip Iswardono memutar otak dan melakukan terobosan dalam bidang fashion.

Pada minggu pertama dan minggu kedua sewaktu muncul pandemi covid-19 di seluruh Indonesia, bisnisnya masih running, yaitu dengan menjalankan dan menyelesaikan pesanan dari client-client yang sebagian besar tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan dll. Produksi berjalan seperti biasanya dikarenakan sebelum muncul pandemi covid-19 ini sudah menerima pre order dari para costumer, yaitu baju-baju dan di bisnis Purchase Order. Biasanya langsung lunas bayar didepan, hal ini member dampak positif sehingga order tersrbut tidak mungkin di cancel.

Minggu pertama dan kedua, Phillip Iswardono masih sangat sibuk mengerjakan order-order baru, juga selalu membuat / develop new items untuk ditawarkan ke client-client sehingga bisnis sustainable. Minggu kedua hampir selesai tetapi tidak menerima order-order baru baik dari client lama ataupun dari client baru.
Ia mulai berpikir apa yang bisa dilakukan untuk bisnis tetap berjalan.  Phillip Iswardono adalah designer yang tidak mengikuti arus dari designer lainnya dengan melakukan banting setir dengan menjual : Makanan, Snack, Masakan, Bahan sembako dll. Ia tetap konsiten dengan melakukan terobosan dan ide baru dalam bisnis fashionnya, dan yang ia lakukan yakni memproduksi masker dengan menggunakan bahan perca dari sisa produksi. Masker selain disumbangkannya secara gratis, ia juga menjualnya.

Ia juga membuka kembali data base client dengan mendata ulang yaitu nomer telpon, alamat dan data dari items yang pernah mereka order. Membuat koleksi ready to wear dengan design yang lebih simple tapi penekanan ke design yang unik, harga lebih murah dan dengan promosi bebas ongkos kirim, bonus masker, dan menghubungi semua client-client yang tersebar di hampir diseluruh kota besar di Indonesia. Adapun potensi pelanggannya sbb :
Jakarta 75%
Bandung 10%
Surabaya 10%
Medan 5%
Kota lain 4,5%
Yogyakarta 0,5%

Client-client tersebut dihubungi kembali dengan memberikan sapaan positive, motifasi dan harapan-harapan dalam menghadapi pandemi ini. Yang data alamatnya tidak tercatat diminta kembali alamatnya.

Ia lalu mengirimkan masker ke semua client-client saya secara gratis dengan tanpa memberikan informasi terlebih dahulu sehingga lebih surprise saat mereka menerima bingkisan masker tersebut. Ranges jumlahnya mulai 6 pcs sampai 12 pcs per client. Tergantung tingkat frekuensi mereka order baju. Selain masker, pada saat sebelum Hari Raya Idul Fitri, ia mengirimkan bingkisan kecil seperti : Obi, Bandana dan item-item kecil lain yang praktis, murah dan berguna (multi fungsi)
Efek dari menghubungi client-client dan memberikan pancingan dengan memberikan bingkisan berupa masker, item-item kecil fashion (NON FOOD) sangat luar biasa bagus dan positif.

“Mereka akhirnya order baik berupa baju ataupun masker. Kalau mereka order baju biasanya saya memberikan bonus 4 pcs masker ke mereka. Bonus tanpa diinformasikan terlebih dahulu sehingga menjadikan surpise dan memancing mereka untuk order masker. Yang lainnya setelah terjalin kembali komunikasi 2 arah lalu baru saya mengirimkan photo-photo koleksi terbaru. Ininilah trik PANCINGAN saya ke client.” tutur desainer yang juga jadi anggota Indonesia Fashion Chamber.

“Perlu saya sampaikan bahwa selama pandemi ini samapi sekarang saya tidak mem PHK satu karyawan pun, bahkan karena ramainya order masker, justru saya menambah karyawan terutama karyawan out sourching, bahkan order-order baju sebelum Lebaran meningkat drastis dengan saya memproduksi home dress yang simple, dan harga yang lebih murah. Yang perlu saya sampaikan disini bahwa harga baju-baju yang saya jual selama masa pandemik ini hanya saya turunkan harganya antara 10% – 25% bukan yang sampai harga paling rendah tanpa untung.” sambung Phillip Iswardono.

Khusus masker, produksi minggu 1 sampai minggu ke 2 pandemi, ia menjual masker dengan range harga mulai 4.500 sampai 7.500 per biji. Selain itu, ia juga banyak menyumbangkan atau berdonasi ke berbagai organisasi, komunitas, instansi dan direct person dll.

Ia sangat mensyukuri, bahwa order-order maskernya booming luar biasa, ia sudah mengirim masker produksinya hampir ke seluruh kota di Indonesia. Baik direct person, ataupun lembaga, instansi, maupun organisasi.

Ia memberi tips dengan memberi bonus ke setiap client berupa barang fashion kecil, tidak valueabale secara cost namun valueable secara arti, fungsi dan relationship.

Saat ini dirinya masih running mengerjakan produksi masker maupun baju-baju dan selalu ber inovasi karena menurutnya, sekarang masker sudah menjadi bagian dari fashion.

Terhitung sampai hari ini order masker yang sudah terkirim selama pandemi berjumlah lebih kurang 25.000 pcs. Dan saat ini bukan lagi menggunakan perca dikarenakan perca-perca tersebut sudah habis pada saat minggu ketiga pandemik.

 

Leave a Response